Langsung ke konten utama

Alat Tangkap Purse Seine




2.1 Kapal Perikanan
Kapal perikanan dikaitkan dengan bidang pekerjaannya yang sangat dinamis dan berisiko tinggimengharuskan kapal memiliki stabilitas yang cukup.  Berdasarkan ketentuan bahwa kapal perikanan harus memiliki stabilitas awal (Initial stability) tidak kurang dari 0,6 meter (Ardidja2007).
            Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan(UU No.45 Tahun 2009 Tentang perikanan).

2.2  Kapal Purse seine
Ardidja 2010, Mengatakan. Kapal pukat cincin ( puse seine ) adalah kapal yang paling penting dan efektif untuk menangkap sekumpulan (Schooling) ikan yang berada di dekat permukaan.Sebagai sarana pengamatan ikan dibangun tempat panjarwala (crows nest) di tiang utama, pada kapal pukat cincin berukuran besar (tuna purse seine) dibangun bangunan khusus pengamatan dan helipad.
Kapal pukat cincin penangkap ikan tuna (Tuna purser) umumnya berbentuk ramping dengan geladak kerja di bagian buritan, ruang kemudi dan akomodasi dibagian haluan, bangunan slipway di buritan sebagai tempat menyimpan peluncuran skiff boat. Kapal-kapal ini merupakan kelompok terbesar yang berukuran kecil hingga kapal yang berlayar ke samudra (Open ocean going vessels)
Jenis kapal yang digunakan untuk operasi pure seine dan lampara dasar sebaiknya dirancang sedemikian rupa dengan pertimbangan beberapa aspek sebagai berikut :
1)    Keleluasaan dalam olah gerak pada saat penebaran dan penarikan jaring, serta untuk menempatkan jaring di atas kapal, hal ini membutuhkan lebar (B) yang cukup.
2)    Stabilitas yang mantap dengan mengurangi frekuensi goncangan dan ayunan, akan memberikan kenyamanan bagi nelayan dalam melakukan operasi penangkapan. Hal ini dapat diperoleh dengan menambah nilai (D) dan centreof gravitynya(Departemen Pertanian. 1991).

2.2   Pukat Cincin
            Purse seine tergolong dalam alat tangkap jaring lingkar dengan menggunakan tali kerut (purse line) yang terletak di bagian bawah jaring. Dengan adanya tali kerut memungkinkan jaring ditutup seperti pundi-pundi terbalik dan mengurung ikan yang tertangkap. Pukat cincin dapat berukuran sangat besar dan dioperasikan oleh satu atau dua buah kapal. Biasanya purse seine dioperasikan oleh satu kapal dengan atau tanpa bantuan kapal pembantu (Nedelec, 2000).
            Menurut Subani dan Barus (1989), purse seine biasa disebut juga dengan jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong. Pukat cincin kadang-kadang juga disebut jaring kolor karena pada bagian bawah jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut. Pukat cincin digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (scholling) di permukaan laut. Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap purse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol seperti layang, lemuru, kembung, sardinella, tuna. Ikan-ikan yang tertangkap dengan purse seine dikarenakan gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring sehingga pergerakannya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakan ke samping maupun ke arah dalam.
            Bagian-bagian jaring purse seine terdiri atas jaring utama (sayap, badan dan kantong), selvedge, tali ris atas, tali pelampung, pelampung, tali ris bawah, pemberat, tali ring, ring/cincin dan tali kolor. Berdasarkan bentuk jaring utama, purse seine dibagi menjadi tiga yaitu bentuk segi empat, bentuk trapesium dan bentuk lekuk. Pada umumnya penangkapan ikan dengan purse seine dilakukan pada malam hari, akan tetapi ada juga purse seine yang dioperasikan pada siang hari. Pengumpulan ikan pada area penangkapan pukat cincin ada yang menggunakan rumpon dan ada pula yang menggunakan lampu. Umumnya setting (penurunan) dilakukan dua kali selama satu malam operasi, yang dilakukan pada waktu senja hari dan pagi hari/fajar, kecuali dalam keadaan tertentu frekuensi penangkapan bisa dikurangi atau ditambah (Sudirman dan Mallawa, 2004). 
            Ukuran pukat cincin yang digunakan oleh setiap nelayan umumnya berbeda-beda. Yang dimaksud dengan ukuran umum ini adalah ukuran-ukuran yang berhubungan dengan perbandingan antara panjang dan dalamnya jaring serta nomor-nomor bahan yang dipergunakan. Berbagai macam faktor yang berpengaruh terhadap perbandingan ukuran pada pukat cincin adalah ukuran kapal (panjang dan lebar) yang digunakan, jenis ikan-ikan yang akan tertangkap dan waktu pengoperasian. Pukat cincin yang dioperasikan pada malam hari dengan menggunakan alat bantu cahaya memiliki ukuran panjang lebih kecil bila dibandingkan dengan purse seine pada siang hari. Oleh karena itu, terdapat penggolongan purse seine dalam skala kecil, sedang dan besar. Hal ini mempengaruhi trip penangkapan purse seine di laut, dimana pengoperasian mini purse seine relatif lebih pendek trip penangkapannya bila dibandingkan dengan medium atau large purse seine (Sudirman dan Mallawa, 2004).
.

2.4Klasifikasi Pukat Cincin (Purse Seine)
Pada dasarnya purse seine dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : purse seine dengan kantong di bagian ujungjaring dan purse dengan kantong dibagian tengah. Purse seine dengan kantong di ujung jaring biasanya dioperasikanoleh nelayan kecil dengan alat tangkap yang relatif kecil. Sedangkan purse seine dengan kantong di tenggah biasanyadioperasikan oleh kapal-kapal modern yang relatif lebih besar.Purse seine berkembang menjadi alat tangkap ikan pelagis yang bergerombol yang paling efektif, sehingga dapatdijumpai berbagai macam purse seine, maka untuk memudahkan memahami pukat cincin maka diklasifikasikanmenurut :
1. Letak kantong (bunt) pada jaring utama
Berdasarkan Letak Kantong pada Jaring Utama yaitu :
a. Kantong terletak pada salah satu ujung jaring
b. Kantong terletak pada tenggah-tenggah jaring
2. Bentuk dasar jaring utama
Berdasarkan bentuk Jaring Utama purse seine yaitu :
a. bentuk segi empat
b. bentuk trapesium






Gambar 1. Purse seine bentuk segi empat



Gambar 2. Purse seine bentuk trapezium


3.  Ikan yang menjadi tujuan penangkapan
Berdasarkan jenis ikan yang akan ditangkap yaitu :
a. purse seine cakalang
b. purse seine layang
c. purse seine tongkol
d. purse seine tuna dan lain sebagainya
4. Jumlah kapal yang dipergunakan dalam operasi penangkapan
Berdasarkan jumlah kapal yang dipergunakan pada saat operasi penangkapan purse seine dibagi yaitu :
a. purse seine dengan satu buah kapal
b. purseseine dengan dua buah kapal
Gambar 04. Purse seine dengan satu buah kapal

Gambar 05. Purse seine dengan dua buah kapal


Sejarah Pukat Cincin
            Purse Seine pertama kali diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
            Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selar, bentong, dan lain-lain). Hasil tangkapan terutama lemuru, kembung, slengseng, cumi-cumi.


2.5Daerah Pengoperasian Purse Seine
Daerah penangkapan untuk alat tangkap purseseine merupakan daerah terbuka yang luas, dasarnya harus bebas dari batu dan karang atau kerangka kapal karam. Karena ikan yang menjadi sasaran purse seine berupa ikan bergerombol yang hidup pelagis maka umumnya daerah penangkapannya berupa laut yang sifat airnya oceanis di daerah lepas pantai dengan kedalaman air sekitar 50 meter (Usemahu, 2003).
Penentuan daerah penangkapan ikan dilakukan sejak kapal berangkat ke laut.Lokasi penangkapan berdasarkan pengalaman dan informasi dari kapal yang baru melaut serta kapal yang masih di laut dengan bantuan radio komunikasi. Kapal-kapal purse seine yang mendaratkan hasil tangkapan di TPI Pelabuhan Prikanan Pantai (PPP) juwana memiliki daerah penangkapan yang berbeda yaitu Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 711 dan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 712 dan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 713(Farid, 2014).

Tanda-tanda daerah penangkapan ikan pelagis di suatu permukaan laut tampak sebagai berikut:
1)  Banyaknya burung-burung yang terbang rendah dan menukik-nukik diatas permukaan laut
2)  Adanya buih – buih dipermukaan air
3)  Terlihat adanya perubahan pada warna air laut yang cenderung menjadi agak gelap yang menandakan adanya schoal ikan
4)  Banyaknya ikan-ikan yang melompat-lompat dipermukaan air laut pada suatu daerah tertentu.
5)  Riak – riak kecil dipermukaan air laut (Usemahu, 2003).



2. 6Kontruksi Pukat Cincin (Purse seine)
Seperti juga pada penangkap ikan lainnya, maka suatu unit Purse seine terdidri dari jarig, kapal, dan alat bantu penangkapan seperti (Rolle, lampu, echosounder, dan sebagainya).
Pada garis besarnya jaring Purse seine terdiri dari badan jaring, kantong (bag, bunt),tepi jaring, pelampung (float, cork), tali pelampung (cork line, float line), sayap, (wing), tali penarik (purse line), tali cincin (purs ring), dan selvage,  (Sudirman dan Malawa, 2004).


Gambar 06. Konstruksi Purse seine
Ø  Bagian jaring, nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1)  Jaring utama
2)  Jaring sayap
3)  Jaring kantong

1.Jaring Utama
Bahan jaring utama pukat cincin terbuat dari bahan nylon atau vinylon, dengan ukuran mata jaring yang disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap, semakin besar jenis ikan yang akan ditangkap semakin besar pula ukuran mata jaring (mesh size) yang digunakan. Ukuran mata jaring pada tiap-tiap bagian adalah tidaklah  sama.
Bagian yang memiliki ukuran yang sama pada bagian sayap dengan ukuran mata yang besar. Sementara pada bagian kantong ukuran matanya lebih kecil, karena pada bagian ini merupakan tempat berkumpulnya ikan-ikan yang tertangkap sebelum ikan diangkat ke permukaan. Untuk ukuran mata jaring yang terkecil adalah 2,5 cm. hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang dituangkan dalam Surat Keputusan  Presiden Republik Indonesia no: 85, tahun 1982 (Mulyanto, 1995).
2.Kantong (bag, bunt)
Bagian kantong yang terletak dibagian jaring dengan material pembentuknya PACf 210 D/9, yang dimaksudkan dengan kantong adalah bagian jaring yang pada waktu penarikan tali kolor dengan serentaknya membentuk suatu kantong, yang nantinya akan berfungsi sebagai tempat untuk mengurung/mengumpulkan ikan.  Karena berfungsi sebagai penadah maka kantong memiliki ukuran mata jaring yang lebih kecil dibandingkan dengan mata jaring yang terletak pada kantong dan sayap sehingga diharapkan ikan-ikan yang telah terkumpul pada bagian kantong tidak dapat meloloskan diri (Rika 2011).
3.  Srampat (Salvage)
Pada tali ris bawah maupun tali ris atas, selvage merupakan mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar tidak mudah rusak atau robek pada saat operasi penangkapan. Bahan jaring srampat  biasanya lebih kaku dari bahan jaring utama seperti polyethilen (PE). Ukuran matanya selalu lebih besar dari jaring utama, demikian juga dengan nomor benangnya
4.  Tali Ris (Float Line)
Tali ris menggunakan arah pintalan yang berlawanan dimaksudkan untuk mencegah agar jaring tidak terbelit atau melintir. Biasanya tali ris menggunakan bahan kuralon (PVA) atau polyethylene, dengan ukuran diameter 8 – 10 mm. 
       Usemahu (2003), mengatakan bahwa ada enam macam tali yang termasuk dalam kelompok tali ris yaitu:
1)    Tali ris.
2)    Tali pelampung.
3)    Tali pemberat.
4)    Tali penguat tali ris atas.
5)    Tali pengerut tali ris bawah.




5.  Pelampung (Float)
Pelampung berguna untuk memberikan daya apung pada alat tangkap, agar alat tangkap dapat terbentang dengan sempurna pada saat  dioperasikan. Bahan yang digunakan adalah bahan yang berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis air laut. Pada saat ini bahan yang banyak digunakan adalah dari busa plastik yang keras. Ukuran pelampung disesuaikan dengan daya apung tiap pelampung misalnya bentuk oval dengan diameter 13 cm dan panjang 23 cm (Usemahu, 2003).
6.Tali Cincin (Bridle Line)
Tali cincin merupakan tali yang dipergunakan untuk menggantungkan cincin pada tali ris bawah. Tali ini  menghubungkan antara cincin dengan tali ris bawah. Biasanya tali cincin ini  terbuat dari bahan yang sama dengan bahan tali ris atas atau tali ris bawah. Bahan yang digunakan untuk tali cincin ini adalah bahan kuralon atau polyethylene dengan diameter yang lebih kecil dengan tali ris.
Menurut Usemahu (2003), tali cincin yang biasa digunakan pada alat tangkap pukat cincin dibagi kedalam  tiga bentuk tali yaitu:
1)    Bentuk kaki tunggal
2)    Bentuk kaki ganda
3)    Bentuk dasi



Gambar 7. Bentuk Kaki Tunggal


Gambar 8. Bentuk Kaki Ganda

Gambar 9. Bentuk Dasi

7.  Cincin (Ring)
Alat ini berguna untuk jalannya tali kerut (purse line) pada waktu jaring ditarik sehingga bagian bawah  jaring dapat terkumpul dan  membentuk kantong. Bahan yang digunakan untuk cincin biasanya terbuat dari bahan tembaga atau kuningan namun adapula yang terbuat dari bahan besi yang dilapisi dengan kuningan. Ukuran cincin berdiameter 10 cm dengan berat 40 kg.
8.  Pemberat (Sinker)
Pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada alat tangkap  sehingga jaring dapat terbentang dengan sempurna. Pemberat terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, harganya murah dan mudah didapat misalnya timah.  Ukuran panjang pemberat biasanya  3 cm dan  diameter 3-5 cm.
9. Tali Kerut (Purse Line)
Tali kerut yang dilewatkan pada cincin digunakan untuk menutup bagian bawah jaring pada saat dioperasikan. Dengan ditariknya tali kerut ini maka tali cincin akan terkumpul yang kemudian jaring akan membentuk sebuah kantong. sehingga tali kerut biasanya dipilih dari tali yang permukaannya licin, kaku dan tidak mudah putus.
Tali kolor terbuat dari bahan polyethylen dengan diameter tali 2,5 cm ukuran diameter panjangnya lebih besar dibanding tali yang lainnya dengan panjang 450 cm. Sedangkan untuk tali pemberat dan pelampung mempunyai ukuran dan diameter yang hampir sama dengan tali ris.

3.7  Alat Bantu Penangkapan Ikan
Pelaksanaan operasi penangkapan Ikan dengan purse seine diperlukan perlengkapan penangkapan untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan. Adapun perlengkapan penangkapan tersebut adalah :
3.7.1 Kapstan
Kapstan biasa disebut gardan oleh nelayan, berfungsi untuk menarik tali kerut dan tali jangkar. Kapstan juga digunakan untuk membantu menarik jaring apabila pada saat melakukan pelingkaran mendapatkan ikan yang sangat banyak yang mengakibatkan kesulitan apabila ditarik dengan menggunakan tenaga manusia karena terlalu berat. Pemasangan kapstan berada di samping  kanan dan kiri geladak bagian tengah, dimana kapstan digerakan dengan menggunakan mesin induk. Kapstan terbuat dari kayu yang mempunyai diameter 30 cm.

3.7.2 Roller
Roller digunakan sebagai landasan pada saat menarik tali kerut agar dapat dengan mudah ditarik. Roller yang digunakan ada 2 buah dan pada sisi lambung bagian kanan dan kiri kapal

3.7.3  Boom
Jumlah boom yang biasannya terdapat pada kapal berjumlah tiga buah, yang ditempatkan, satu buah di haluan kapal dan dua buah di lambung kanan dan kiri kapal. Fungsi dari boom yang berada di haluan dan lambung kanan kapal adalah untuk tempat memasang tali, kegunaannya adalah sebagai tempat untuk menggantungkan jaring (tali ris atas) pada waktu hauling, agar pada saat ikan sudah terkumpul di kantong tidak meloloskan diri sehingga mudah untuk diserok(dicaduk). Sedangkan boom yang berada di sebelah lambung kiri berfungsi untuk menarik serok (caduk) ke atas setelah ikan yang berada di dalam kantong jaring masuk ke serok (Gambar 9)

3.7.4      Lampu Atraktor
Lampu Atraktor (Atractinglamp)
Menurut PER.02/MEN/2011, Lampu Atraktor (Atractinglamp) merupakan alatbantu untuk mengumpulkanikan denganmenggunakanpemikat/atraktorberupalampu ataucahayayangberfungsiuntukmemikatikanagarberkumpul.
Tertariknya ikan pada cahaya sering disebut karena terjadinya peristiwa phototaxis, antara lain disebutkan bahwa cahaya merangsang ikan dan menarik (attract) ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya itu, atau juga disebutkan karena rangsangan cahaya  (stimulus), ikan lalu memberikan respon.
       Fungsi cahaya dalam penangkapan ikan ialah untuk mengumpulkan ikan sampai pada sesuatu catcthable area tertentu lalu penangkpan dilakukan dengan alat pancing ataupun alat lainnya. Peristiwa berkumpulnya ikan di bawah cahaya dapat dibedakan sebagai berikut :
4        Peristiwa langsung yaitu ikan-ikan tersebut memang tertarik oleh cahaya kemudian berkumpul (phototaxis positif)
5        Peristiwa tidak langsung yaitu karena dengan adanya cahaya maka plankton, ikan - ikan kecil dan lain-lain sebagainya berkumpul, lalu ikan yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan mencari makan (Usemahu, 2003).

5.7.4      Caduk
Caduk(braingnet)alatinidigunakan untuk mengangkat ikankeataskapalpadatahapan brailing. Bagian bawahdiikatdengan khusus seperti mengikat  ujung kantong  trawl, sehingga saat akan mengeluarkan  ikan tinggal menarik ujung ikantannya. Alatinijugasekaligus digunakanuntukmemperkirakan jumlah hasil tangkapan (Ardidja, 2007)
Caduk adalah alat yang terbuat dari jaring yang cukup kuat,caduk ini berfungsi untuk mengangkat hasil tangkapan ke atas kapal yang kemudian dimasukan ke dalam palkah. Bingkai caduk berdiameter 1 m terbuat dari besi stenlees, serok ini dapat menampung ikan 1– 1,5 ton.  Lihat Gambar 12 di bawah ini.

2.7.2  Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) disuatu tempat di tengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama yaitu, pelampung (float), tali panjang (rope), dan atraktor (pemikat), dan pemberat (sinker/anchor) (latar 2013).
Dibeberapa daerah di Indonesia rumpon dibuat dari batang bambu atau ban bekas dengan memakai daun kelapa atau daun pinang yang dibentuk sedemikian rupa yang selah-olah menyerupai terumbu karang . Rumpon juga dapat dibuat dari beton yang dibentuk meyerupai atau menyamai fungsi rumpon. Tetapi untuk rumpon yang terbuat dari semen ini dibutuhkan biaya yang cukup besar.
       Pemberian izin pemasangan dan pemanfaaatan rumpon menurut Kepmen No. KEP.30/MEN/2004 dilakukan dengan mempertimbangkan pula daya dukung sumber daya ikan dan lingkungannya serta aspek sosial budaya masyrakat.
       Menurut ketentuan Kepmen Kelautan dan Perikanan No.KEP.30/MEN/2004, wilayah pemasangan dan pemanfaatan Rumpon serta kewenangan pemberian izin adalah sebagai berikut :
1)      Perairan 2 mil laut s/d 4 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah, pemberian izin adalah bupati/walikota, dengan masa berlaku izin 2 tahun.
2)      Perairan di atas 4 mil laut s/d 12 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah, pemberian izin adalah gubernur dengan masa berlaku izin 2 tahun.
3)      Perairan di atas 12 mil laut dan ZEEI, pemberian izin adalah Ditjen Perikanan Tangkap dengan masa berlaku izin 2 tahun (Soegiharto, 2006).

Gambar. Rumpon

a)      Bahan dan Komponen Rumpon
Bahan dan komponen dari rumpon bermacam-macam, tetapi sebagian besar setiap rumpon terdiri dari Float, tali tambat, pemikat ikan (atraktor),  pemberat (sinker). Semakin lengkap suatu rumpon maka komponen dan bahan yang digunakan semakin lengkap pula (Sudirman dan Malawa 2004).
Rumpon modern umunya digunakan oleh Perusahaan swasta maupun BUMN Perikanan. Usaha penangkapan yang telah dilakukan dengan menggunakan rumpon modern ini, antara lain adalah dengan alat tangkap huhate, pancing ulur, serta drift vertical line. Komponen rumpon modern sama seperti dengan rumpon tradisional, akan tetapi komponen tersebut tidak terbuat dari bahan alami. Adapun bagian-baian dari rumpon modern ini terdiri dari :
1)Pelampung
Pelampung terbuat dari bahan besi plat, atau drum yang dilaisi fibre glass, atau dapat pula drum yang diisi dengan busa (plastik foamed).
2)  Tali Jangkar
Guna sebagai pengikat pelampung dan pemberat bahannya terbuat dari polyethylene kemudian ditambahkan kawat baja untuk mengikat atraktor supaya cepat tenggelam dan tidak mengapung.


a)    Terbuat dan bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
b)    Harganya relatif murah, mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus
c)    Tidak bersimpul (Less knot);
(http://yhoyoji.blogspot.com/2013/09/alat-bantu-pada-purse-seine.html)
Untuk pemasangan rumpon pada perairan dengan kedalaman 600-1.000 meter, biasanya digunakan tali pengikat dengan panjang 900-1.000 meter. Sedangkan rumpon yang dipasang pada kedalaman 1.000 meter akan menggunakan tali sepanjang 1.600-1.800 meter (Soegiharto, 2006).
3)  Pemberat
Pemberat pada rumpon modern ini terbuat dari semen cor (beton) yang dilengkapi dengan jangkar besi.
4)Pemikat (atraktor)
Merupakan pemikat yang bertujuan untuk memikat ikan disekeliling rumpon yang terbuat dari daun nyiur atau daun kelapa.syarat dari atraktor adalah:
a)      Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
b)      Tahan lama
c)      Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah
d)      Melindungi ikan-ikan kecil
e)      Terbuat dan bahan yang kuat, tahan lama dan murah (Mudztahid.2008).

b.    Manfaat rumpon  
Penerapan teknologi alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon dapat dijadikan sebagai alat stimulator dalam kegiatan produksi penangkpan ikan dan memberikan manfaat guna yang beragam (multiple effeck) sebagai berikut :
1)      Meningkatkan produksi perikanan dan produktivitas usaha;
2)      Peningkatan pendapatan nelayan;
3)      Peningkatan penyediaan pangan berupa protein hewani ikan yang lebih segar dan bermutu tinggi;
4)      Merangsang tumbuh berkembangnya pasar ikan baik domestik (daerah/dalam negeri) maupun pasar luar negeri (ekspor);
5)      Meningkatkan devisa negara karena jenis ikan karang, demersal dan pelagis besar merupakan komoditi ekspor;
6)    Penghematan penggunaan BBM. Dengan menggunakan alat bantu penangkapan berupa rumpon maka produktivitas penangkapan meningkat dengan hari operasi per trip lebih pendek, berarti biaya operasi kapal lebih ekonomis. Sisi lain dapat meringankan pemerintah dalam penyediaan BBM.
7)    Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah melalui kegiatan wisata bahari (olahraga atau rekreasi memancing di lokasi rumpon).
8)    Dengan pengembangan dan pengaturan yang baik mengenai posisi letak, jumlah dan jenis rumpon untuk nelayan, Perusahan/Koperasi Perikanan Tangkap diharapkan akan dapat mengatasi konflik/ketegengan antar nelayan yang disebabkan rebutan lahan daerah penangkapan.
9)    Dengan pengembangan teknologi rumpon akan dapat memperluas lahan perkembangbiakan ikan sekaligus perlindungan dan konservasi bagi kelestarian sumberdaya perikanan.
10) Terdata/teridentifikasi jumlah rumpon yang dipasang dan jumlah kapal yang memanfaatkannya dalam wilayah pengelolaan perairan (Direktorat Sarana Perikanan Tangkap, 2003).

Lampu Atraktor (Atractinglamp)
Menurut PER.02/MEN/2011, Lampu Atraktor (Atractinglamp) merupakan alatbantu untuk mengumpulkanikan denganmenggunakanpemikat/atraktorberupalampu ataucahayayangberfungsiuntukmemikatikanagarberkumpul.
Tertariknya ikan pada cahaya sering disebut karena terjadinya peristiwa phototaxis, antara lain disebutkan bahwa cahaya merangsang ikan dan menarik (attract) ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya itu, atau juga disebutkan karena rangsangan cahaya  (stimulus), ikan lalu memberikan respon.
       Fungsi cahaya dalam penangkapan ikan ialah untuk mengumpulkan ikan sampai pada sesuatu catcthable area tertentu lalu penangkpan dilakukan dengan alat pancing ataupun alat lainnya.Peristiwa berkumpulnya ikan di bawah cahaya dapat dibedakan sebagai berikut :
1)      Peristiwa langsung yaitu ikan-ikan tersebut memang tertarik oleh cahaya kemudian berkumpul (phototaxis positif)
2)      Peristiwa tidak langsung yaitu karena dengan adanya cahaya maka plankton, ikan - ikan kecil dan lain-lain sebagainya berkumpul, lalu ikan yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan mencari makan (Usemahu, 2003).



2. 7. 4Echo-sounder
Echo-sounder digunakan untuk mendeteksi gerombolan ikan di bawah kapal ataupun untuk mengetahui kedalaman laut. Alat ini mempunyai prinsip kerja sama dengan sonar yaitu memancarkan suara ke dalam air dan merekam pantulan secara vertical (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1994).
2. 7. 5  Penarik Tali Kerut(Roller danMesin roller)
Roler berfungsi sebagai alat untuk menarik tali kolor. Roller ini ditempatkan pada sisi lambung kiri atau kanan kapal dimana hauling dilakukan.
Mesin penarik tali kolor (purse line winch) merupakan alat bantu yang biasanya selalu tersedia di atas kapal pukat cincin dan dipasang pada saat kapal di bangun. Sumber tenaga khusus karena ukuran mesin relatif besar untuk menghasilkan tenaga yang besar (Nainggolan, 2007).


2.7.7  Fish finder
Fish finder merupakan alat bantu yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan ikan di dalam perairan. Selain untuk mendeteksi ikan, peralatan ini juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman perairan (Nainggolan, 2007).
           






2. 8Pengoperasian Alat Tangkap
2. 8. 1  Persiapan
Operasi penangkapan ikan dilakukan setelah segala sesuatu peralatan dan perlengkapan operasional dipersiapkan secara teliti, seperti penyusunan alat ditempatnya agar mudah diturunkan, pemeriksaan mesin – mesin (mesin induk, winch), pembersihan palka, perbekalan es (Bila dikapal tidak ada mesin pendingin) dan sebagainya (Usemahu, 2003).
2.8.1.1Persiapan di Darat
Segala perbekalan yang akan dibawa selama operasi harus sudah dinaikan ke atas kapal, adapun perbekalan tersebut meliputi : bahan bakar, minyak pelumas, bahan makanan, air tawar, cadangan alat tangkap dan bahan untuk memperbaikinya. Selain itu harus dipersiapkan pula : alat-alat navigasi, suku cadang mesin, bahan untuk merawat kapal.
Sebelummeninggalkan fishing base menuju fishing ground maka perlu melakukan persiapan pembekalan dan peralatan yang akan digunakan pada saat operasi penangkapan yang harus dipersiapkan secara matang, sehingga pada saat operasi penangkapan dapat berjalan dengan lancar. Adapun persipan yang dilakukan didarat meliputi : penyediaan es, persiapan BBM ( solar, minyak tanah, dan oli ), persiapan air tawar, persiapan makanan, persiapan alat tangkap, perawatan harian kapal, pemeriksaan harian mesin, pemeriksan dan perawatan lampu petromaks, dan perawatan sekoci.

2.8.1.2Persiapan di Laut
Penyusunan alat tangkap harus sudah dipersiapkan saat kapal berangkat menuju fishing ground. Penataan jaring diatas dek kapal biasanya antara pelampung badan jaring dan pemberat ( termasuk cincin ) dipisahkan. Bagian atas jaring yang berpelampung dipersiapan diturunkn paling awal kemudian diikuti dengan badan jaring dan selanjutnya pemberat besert cincin – cincinnya. Cincin disusun secara berurutan sehingga jaring tidak kusut pada saat diturunkan.
2. 8. 2  Penurunan Jaring (Setting)
Setelah gerombolan ikan ditemukan, perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed dan density ikan, demikian juga kecepatan dan kekuatan arus serta angin yang perlu diperhitungkan, sehingga operasi penangkapan dapat segera dilakukan setelah melakukan berbagai perhitungan yang cermat (Ayodhyoa, 1981).
Menurut Usemahu (2003), menyatakan bahwa penurunan alat dapat dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut :
1)      Mula-mula ujung tali kerut yang diberi pelampung tanda dan disatukan dengan ujung-ujung tali ris atas dan tali ris bawah dilemparkan ke posisi yang telah ditentukan.
2)      Selanjutnya kapal penangkap segera melingkari gerombolan ikan sambil menurunkan jaring dan peralatannya (jaring, pelampung, pemberat, ring) menuju ke ujung tali kerut yang telah dilemparkan pada waktu permulaan operasi.

2. 8. 3  Penarikan Tali Kerut (Hauling)
Menurut Mudztahid (2008), menyatakan jika kedua ujung jaring yang satu dinaikkan ke kapal penangkapan dan selanjutnyya tali kerut ditarik hingga cincinya terkumpul demikian juga jaring bagian bawah sudah terkumpulmenjadi satu di atas dek. Dengan demikian ikan-ikan sudah berkumpul dan terkurung di dalam jaring.

2. 8. 4Penarikan Jaring ke Atas Kapal (Hauling)
Penarikan badan jaring dimulai dari ujung-ujung sayap, hal ini dilakukan pada purse seine yangmenggunakan kantong yang di tengah-tengah jaring atau yang ditarik oleh tenaga manusia. Tetapi padapurse seine yang ditarik dengan tenaga hidrolik (Power block), biasanya kantong dibuat pada salah satuujung sayap. Penarikan jaring dilakukan mulai dari ujung sayap yang tidak berkantong. Penarikan dilakukandengan melepas ring dari badan jaring, tetapi pada purse seine yang ditarik manusia cincin tidak dilepaskan(mudztahid.2008).
Menurut Ayodhyoa (1981), setelah tali kerut ditarik maka sedikit demi sedikit badan jaring dinaikkan ke atas kapal yang dimulai dari bagian sayap ke bagian kantong. Setelah jaring dinaikkan ke atas kapal kemudian ikan yang berada di dalam jaring dapat diambil dengan serok atau alat bantu lainnya. Kemudian jaring dapat ditarik ke atas kapal dan disusun pada tempat yang telah ditentukan seperti saat penurunan jaring (setting), sehingga memudahkan pada saat setting berikutnya. Ikan juga dapat lolos melalui sela-sela antara ujung jaring yang bisaanya setelah pelingkaran masih terdapat celah dimana ikan mendapat kesempatan untuk meloloskan diri dari cakupan jaring.

2. 9  Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan pukat cincin adalah jenis ikan pelagis yang hidup secara bergerombol (Pelagic shoaling species) yang berarti ikan-ikan tersebut bergerombol berada dekat dengan permukaan air (Sea surface) serta memiliki densitas shoal yang tinggi, maksudnya jarak antara ikan-ikan tersebut haruslah sedekat mungkin. Ikan-ikan pelagis yang biasa tertangkap dengan pukat cincin antara lain: layur, selar, kembung, cakalang, tenggiri, tongkol, lemuru (Ayodhyoa, 1981) .
Terutama untuk daerah jawa dan sekitarnya adalah : layang,(Decapterus spp), bentong (Selaroidescrumenopthalmus), kembung (Rastrelliger spp), lemuru (Sardinella spp),dan lain-lain (Subani dan Barus, 1989). 

2.10Penanganan Ikan Hasil Tangkapan
Penanganan hasil tangkapan bertujuan agar mutu dari ikan tetap baik. Disamping itu, penanganan dengan cara menurunkan suhu ikan (sampai ikan beku) adalah upaya memperpanjang waktu penyimpanan sehingga ikan tetap bermutu baik dalam waktu yang relatip lama.
Langkah-langkah yang perlu diambil dalam penanganan ikan di atas kapal yang lebih besar adalah sebagai berikut :
a)    Penyortiran dan Pencucian
Sebelum jaring ikan diangkat ke dek segala peralatan yang akan bersentuhan dengan ikan hendaknya dicuci bersih lebih dahulu. Setelah ikan sampai di dek, bersihkan segala kotoran yang besar-besar yang ikut terjaring. Kemudian ikan dicuci dengan cara menyemprotkan air laut sampai segala kotoran kecil seperti lumpur, rumput laut, dan binatang-binatang yang tidak dimanfaatkan terpisah dari ikan.
Kemudiaqn setelah itu Penggolongan hasil tangkapan menurut jenis dan ukuran. Setelah itu Andaikata hasil tangkapan berlain jenis dan ukurannya maka perlu diadakan pemisahan dan penggelompokan ikan menurut jenis dan ukuran ikan, sambil mengasingkan ikan yang luka, cacad dan bernilai rendah. (Ilyas 1988).
b)    Pencucian
Ikan yang tertangkap segera dicuci bersih dari kotoran dan lumpur, dipisahkan menurut jenis dan ukuran lalu segera disimpan dalam es. Jenis ikan yang berharga mahal sudah tentu harus diberi perhatian khusus dan prioritas dalam menanganinya (Ilyas 1988).
c)    Penyimpanan dalam Palka
Setelah dicuci, ikan segera dimasukkan ke dalam palka dan diberi es. Jangan dibiarkan terlalu lama di dek tanpa di-es atau terkena sinar matahari lansung. Waktu mengangkat /memindahkan ikan ke palka harus hati-hai dan cepat. Jangan sampai dilempar-lempar karena dapat mengakibatkan ikan terluka dan air bekas cucian ikut terbawa. Ketika diturunkan ke palka, hendaknya ika diletakkan dalam keranjang (bambu/plastik) atau peti kayu.
d)    Pembongkaran di Tempat Pendaratan
Penanganan ikan sejak pembongkaran di pelabuhan atau di pelelangan selanjutnya, juga memegang peranan penting guna mempertahankan mutu ikan segar. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembongkaran ikan adalah sebagai berikut:
1)      Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati dan sedapat mungkin tidak memakai sekop atau garpu utuk menghindari luka/memar pada badan ikan.
2)      Pisahkan es dari ikan untuk memudahkan penimbangannya. Setelah ikan ditimbang harus segera di-es lagi.
3)      Wadah (container) sebaiknya dibuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan, seperti alumunium, stainless steel, plastik keras tetapi tidak mudah pecah, atau peti kayu yang ringan, kuat dan mudah dibersihkan (isinya kira-kira 25 - 30 kg).
4)      Ikan –ikan jangan dibiarkan terkena sinar matahari langsung, dan selalu tambahkan es-nya bila lama menunggu saat pelelangan, pengangkutan, atau pengolahan. Kalau terlalu lama, sebaiknya disimpan di kamar dingin (chilling room). Meskipun disimpan di kamar dingin ikan harus tetap di-es, sebab kamar dingin hanya berfungsi memperlambat pencairan es saja. Karena itulah untuk mempertahankan prinsip rantai dingin ini, es harus selalu tersedia di mana pun ikan ditangkap dan di daratkan.


2. 11Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
       Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan operasi Penangkapan adalah sebagai berikut:
1.Kecerahan Perairan
Traspanrasi air sangat penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika kecerahan berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar didalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap) oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya agak jauh (Latar 2013).
2.Adanya Gelombang
Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merunah sinar-sinar yang semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (Fleckering Light). Maka besar gelombang makin besar pula Fleckering Light dan makin besar hilangnya efesiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikan maupun biota lainnya menjadi lebih besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi reflaktor  dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan lampu bawah air (under water lamp)
3.Sinar Bulan
Pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu (Light Fishing) karena cahaya terbagi rata, sedangkan penangkapan dengan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna ke dalam air.
4.Musim
Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapat memberikan dampak positif untuk penangkapan yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus kuat. Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.
5.Ikan dan Binatang Buas
Walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahaya lampu, namun lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar (Pemangsa)umumnya berada pada lapisan yang lebih dalam sedangkan binatang-binatang lain seperti ular laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan yang berkerumun di bawah lampu dan akhirnya mencereberaikan kawanan ikan yang ditangkap(Latar 2013).
6.Panjang dan Kedalaman Jaring
Untuk  purse seineyang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak bergerak terlalu menyebar. Jaring harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam dibawah lampu.
7.Kecepatan Kapal Pada Waktu Melingkar Gerombolan Ikan
Kecepatan kapal purse seine harus disesuaikan dengan kecepatan hasil tangkapan. Jika kecepatan hasil tangkapan atau target melebihi kecepatan kapal maka akibatnya tidak akan mendapat hasil yang memuaskan atau dengan kata lain semua hasil tangkapan atau target akan kabur. Selain kecepatan kapal dalam mengejar hasil tangkapan juga, factor yang berpengaruh adalah kecepatan jaring melingkar dan kecepatan jaring membentuk kantong(Banase 2012).
8.  Kecepatan Penarikan Tali Kerut
Kecepatan (waktu) saat penalikan tali ris hauling terhadap hasil tangkapan berpengaruh sangat erat. Hal ini berarti bahwa semakin lama kecepatan saat hauling maka hasil tangkapan ikan akan semakin menurun, karena jika ikan yang sudah bergerombol tidak langsung ditutup bagian bawahnya maka ikan tersebut dapat melarikan diri melalui bagian bawah jaring. (Muntaha 2010).

Komentar

  1. terimakasih kak informasinya sangat menarik,jangan lupa juga kunjungi balik website resmi kami http://bit.ly/2KVFnk0

    BalasHapus
  2. Mudztahid 2008 dpt drimana yh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Pengoperasian Trawl (Cantrang )

kapal penagkapan ikan dengan alat tangkap Trawl 1     Kapal Pukat Hela Kapal penangkap ikan yaitu kapal yang secara khusus dipergunakan untukmenangkap ikan termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.   Berdasarkan pengertian kapal secara umum, kapal pukat hela merupakan jenis kapal penangkap yang digunakan khusus untuk penangkapan ikan yang menggunakan pukat hela yang telah didesain secara kdengan fisik kapal yang kuat serta peralatan yang menunjang. Kapal pukat hela dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Gambar 1 .Kapaloperasipukatudang (Petani, 2012) Menurut Ardidja (2010), dalam pengelompokannya kapa pukat udang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: 1.       Kapal pukat hela belakang, jenis kapal ini dapat berukuran 200GT. Kapal-kapal berukuran lebih dari 300 GT dilengkapi dengan slip way dan roller di buritan, yang berfungsi sebagai alur pukat hela. 2.       Kapal pukat hela samping, jenis kapal ini merupakan kapal yang didesain untuk meng

Teknik Pengoperasian alat tangkap Huhate Atau Sering Disebut Dengan Pole and Line

1 Definisi Huhate Huhate atau sering disebut dengan pole and line adalah alat tangkap yang menggunkan tongkat/joran (pole) dan tali (line) . Huhate termasuk alat tangkap yang selektif karena pada umumnya hanya menangkap ikan cakalang saja. Jika ditinjau dari cara penangkapan dan pengopersian alat, huhatetermasuk alat tangkap yang ramah lingkungan. Ikan yang menjadi target tangkapan huhate adalah ikan pelagis besar, yaitu cakalang (skipjack) . Ada kalanya tuna berukuran kecil, sekitar 5-10 kg, juga tertangkap. Di Indonesia huhate pada umumnya dioperasikan di kawasan perairan Indonesia tengah dan timur. Di kawasan perairan Indonesia barat, pancing huhate jarang digunakan oleh para nelayan.        Penangkapan dengan huhate menggunakan umpan berupa ikan-ikan kecil yang disukai oleh cakalang. Umpan yang digunakan adalah umpan hidup. Oleh karena itu, kapal huhate selalu dilengkapi ddengan palka ikan hidup untuk mempertahankan umpan yang diangkut tetap hidup smapai di fishing g