Langsung ke konten utama

Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine




Add caption
PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI – JUWANA- PATI
1 Keadaan Umum Kabupaten Pati
Kabupaten Pati merupakan satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai letak cukup strategis karena dilewati oleh jalan nasional yang menghubungkan kota-kota besar di pantai utara Pulau Jawa seperti Surabaya, Semarang dan Jakarta. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di Utara dengan sungai terbesar yang ada di daerah ini adalah Sungai Juwana yang bermuara di daerah Juwana. Ibukota Kabupaten Pati terletak ditengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya.
Secara geografis Kabupaten Pati terletak pada posisi 1100,15’ - 1110,15’ BT dan 60,25’-70,00’ LS, dengan luas wilayah sebesar 150.368 ha, terdiri dari 59.332 ha lahan sawah dan 91.036ha lahan bukan sawah.
Adapun batas-batas wilayah administratif Kabupaten Pati adalah sebagai berikut :
1.    Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
2.    Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobongan
3.    Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara
4.    Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang.
Kabupaten Pati terletak di sebelah timur ibu kota Provinsi. Jarak Kabupaten Pati dengan ibukota provinsi 75 Km, dapat di tempuh dengan perjalanan darat selama kurang lebih 2 jam. Untuk menghasilkan data yang lengkap, Cakupan wilayah kajian Buku Putih Sanitasi di Kabupaten Pati adalah 100% dari wilayah yang ada yaitu 21 Kecamatan dan 406 desa/kelurahan.
3.2 Keadaan Umum PPP Bajomulyo
       Pada praktek integrasi tahun 2016 ini, penulis mendapat kesempatan melakukan praktek Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo Kecamatan Juwana, Pati – Jawa Tengah.
       Letak geografis PPP Bajomulyo terletak di desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Akses jalan 90 km dari ibu kota provinsi, 14 km dari ibu kota kabupaten, 1 km dari ibu kota kecamatan. PPP Bajomulyo secara geografis terletak antara 111o8'30" BT dan 6o42'30" LS di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati dengan panjang pantai 60,0 Km serta berada di sisi Barat sungai Juana sepanjang 1.346 m dengan luas lahan ± 15 Ha. Kondisi tanah lahan Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo adalah lumpur berpasir dan kondisi pantai cukup landai dengan indikasi gerakan sedimen di muara sungai dari arah timur menuju ke arah barat.
Tabel 1. Jenis-jenis Fasilitas PPP Bajomulyo, Pati
No.
Jenis Fasilitas
Keterangan Fasilitas
PPP Bajomulyo I
PPI Bajomulyo II (Baru)
1
Fasilitas
Dasar
Kedalaman Alur
10 m
Dermaga
256 m
Lebar alur
80 m
Panjang Dermaga
1.296 m²
Luas lahan
4 Ha
Dermaga Kayu
264 m²
2
Fasilitas Fungsional
Tanah TPI        
75.000 m²
Gedung TPI
2.880 m²
Lantai TPI
2.200 m²
Kantor PPI
650 m²
Instalasi Listrik
20 KVA
Instalasi Listrik
23 KVA
Genset
10 KVA
Genset
30 KVA
Instalasi air bersih
PDAM
Instalasi air bersih
PAM
Tower (12 m²)
2 unit
Tower
1 unit
Ground Reservoar (24 m³)
2 unit
Reservoir (30 m²)
3 unit
SPBB
1 unit
Pondok Boro Nelayan
280 m²
SPDN
1 unit
Sound sistem pelelangan
1 unit
Sound sistem pelelangan
1 unit
SPDN
1 unit
Handling Space/ Pengolahan
800 m²
Cool storage
600 m²
3
Fasilitas Penunjang
Areal Parkir
1.600 m²
Areal parkir
2.500 m²
Kamar mandi/ WC
150 m²
Kamar mandi/ WC
1 unit
Mushola
60 m²
Gedung pengepakan
400 m²
Ruang Genset
12 m²
Gedung pasar bangsal
400 m²
Pagar
250 m²
Gedung basket
232 m²
Kantor PPI
800 m²
Lampu penerangan
14 unit
Kantor PPP Bajomulyo
250 m²
Kios perdagangan umum
20 unit
Gudang Basket
180 m²
Pagar bangunan lelang
168 m²
SSB Pos Jaga
1 unit
(Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah)
Sebagaimana wilayah pantai utara pada umumnya, maka daerah kerja PPP Bajomulyo Pati mempunyai konfigurasi pantai yang landai, kondisi perairan dengan ombak yang tidak begitu besar, serta didukung oleh adanya sungai-sungai. Kondisi ini merupakan faktor utama dalam mengembangkan kegiatan usaha penangkapan ikan secara bertahap, yaitu usaha penangkapan ikan yang dimulai dengan menggunakan kapal ukuran kecil, kemudian bagi nelayan yang mampu dapat meningkatkan secara bertahap menjadi usaha penangkapan ikan dengan menggunakan kapal berukuran besar, dengan berbagai jenis alat tangkap, yang basis kegiatannya berada disekitar muara sungai yang dekat dengan pemukimannya dan tempat pelelangan ikan (TPI).
       Kegiatan dan pelayanan yang dilakukan di Kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo antara lain:
1.    Fasilitasi Pemeriksaan Cek Fisik Kapal Perikanan
2.    Fasilitasi Perijinan Usaha Perikanan (kapal 10-30 GT)
3.    Pembinaan Nelayan dan bakul ikan
4.    Penyuluhan Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan serta pengendalian sumberdaya ikan
5.    Penerbitan Surat persetujuan Berlayar (SPB) oleh Syahbandar perikanan
6.    Penyediaan data bagi pusat informasi Pelabuhan Perikanan Pantai Bojomulyo
7.    Pelayanan nelayan
8.    Penerbitan SKPI (Surat Keterangan Pendaratan Ikan)
3.3 Spesifikasi Kapal
Kapal yang digunakan untuk melaksanakan praktek integrasi adalah KM.Soyo Lumintu
Kapal penangkap ikan KM. Soyo Lumintu merupakan kapal penangkap ikan. Kapal ini merupakan kapal yang bentuknya didesain untuk pengoperasian alat tangkap pukat cincin (purse seine) kapal tersebut terbuat dari dari kayu jati yang dilapisi fiberglass.
Gambar  1. KM. Soyo Lumintu
Uraian
Keterangan
Nama Kapal
KM. Soyo Lumintu
Tanda selar
GT. 59 No. 662 / Gc
Nama Perusahaan
-
Nama Pemilik
Suwadi
Kebangsaan
INDONESIA
Tempat Pendaftaran
SEMARANG
Tempat / Tahum Pembuatan
JUWANA / 2009
Bahan Kapal
KAYU
Jenis Kapal
Tradisional
Jenis Alat Tangkap
Mini Purse Seine
Bentuk Lunas
Vbottom
Kecepatan Maksimal
7 knot
Kecepatan Operasional
4 knot
Gross Tonnage (Isi Kotor)
59 GT
Net Tonnage (Isi Bersih)
18 NT
Panjang Keseluruhan Kapal (LOA)
18.40 meter
Lebar Kapal (Breath)
7.32 meter
Dalam Kapal (Depth)
2.25 meter
Palkah Ikan
70 Ton
Jumlah motor penggerak utama
1
Jumlah motor penggerak generator
4
Jumlah daun propeller
4
Bahan daun propeller
Kuningan
Arah putaran baling-baling
Arah Jarum Jam (clockwise)
Sistem Kemudi
Jantra
Kapasitas Tangki Bahan Bakar
3400 kg (20 Drum)
Kapasitas Tangki Air Tawar
10.000 kg
Kapasitas Tangki Pelumas
tanpa tangki
Sumber : KM. Soyo Lumintu

3.4 Struktur Organisasi Kapal
Jumlah awak kapal KM. Soyo Lumintu Anugrah adalah 25 orang. Pada saat penulis melihat dokumen Daftar Nakhoda dan Anah Buah Kapal, jumlah sebenarnya adalah 35 orang. Setelah melakukan wawancara dengan Nakhoda jumlah tersebut ternyata ada anak buah kapal yang tidak bisa berangkat melaut dikarenakan pindah/mutasi kapal, sakit, dan sedang ada acara keluarga yang penting.
Awak kapal di KM. Soyo Lumintu terdiri darinakhoda, 2 wakil nahkoda, KKM, 2 orang wakil KKM,seorang koki, seorang asisten koki,4 orang penarik pelampung,seorang kepala proses, 6 orang anggota bagian proses, 2 tukang lampu (bangkrak), 4 orang cadet praktek dari SMK Perikanan Malang, 2 orang cadet pratek dari Sekolah Tinggi Perikanan.
Adapun nama-nama ABK KM. Soyo Lumintu yang beroperasi pada saat penulis melakukan praktek Intergrasi adalah sebagai berikut :
Tabel  3. Daftar Anak Buah Kapal KM. Soyo Lumintu
No.
NAMA
Jabatan
1
Nyono
Nakhoda
2
Basir
Wakil Nakhoda I
3
Anto
Wakil Nakhoda II
4
Susilo
KKM
5
Yiman
Motoris I
6
Sugeng
Motoris II
7
Ageng
Koki
8
Kafit
Asisten Koki
9
Japra
ABK
10
Syarip
ABK
11
Dwi H
ABK
12
Doni K
ABK
13
Dodi Hermawan
ABK
14
Bowo S
ABK
15
Joko Supriyono
ABK
16
Winarso
ABK
17
Dhika
ABK
18
Purwanto
ABK
19
Yono
ABK
20
Dwi
ABK
21
Salim .
ABK
22
Ari
ABK
23
Fajrin
ABK
24
Andan
Kadet STP
25
Darwin
Kadet STP










Dalam rangka kelancaran kegiatan yang dilakukan diatas kapal, maka perlu diadakan pembagian tugas dimana setiap awak kapal mendapat tugas dan tanggung jawab masing – masing pada kapal tersebut agar operasi penangkapan dapat bekerja dengan lancar.
NAHKODA
WAKIL NAKHODA I
KOKI
KKM
MOTORIS I
MOTORIS II
WAKIL NAKHODA II
ABK
ASISTEN KOKI
 







 Gambar 2. Struktur Organisasi di KM. Putra Leo Anugrah
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing – masing awak kapal adalah sebagai berikut :
1.    Nahkoda.
1)    Memegang kekuasaan tertinggi diatas kapal dan bertanggung jawab kepada pemilik kapal.
2)    Memimpin dan bertanggung jawab terhadap kapal dan seluruh anak buah kapal dalam melaksanakan operasi penangkapan.
3)    Bertanggung jawab terhadap keselamatan, kegiatan diatas kapal, baik dalam hubungan dengan pekerjaan atau pembagian kerja diatas kapal.
4)    Memberi pengarahan penjelasan serta pembimbingan kepada setiap anak buah kapal.
5)    Mengatur jadwal (jam) penangkapan ikan
6)    Menentukan posisi penangkapan ikan (fishing ground).
7)    Bertanggung jawab kepada pihak-pihak terkait seperti perusahaan, pemilik kapal, POLRI dan TNI-AL atas jalannya operasi kapal.



2.   Wakil Nahkoda I
1)    Membantu pekerjaan nahkoda diatas kapal dan bertanggung jawab kepada nahkoda.
2)    Menggantikan nahkoda apabila ada halangan
3)    Mengecek dan mencatat barang–barang yang ada diatas kapal
4)    Mengatur Perbekalan yang dibutuhkan untuk satu trip perjalanan melaut
5)    Mengatur sistem akomodasi
6)    Mengepalai operasi penagkapan.
7)    Bertanggung jawab terhadap alat tangkap yang ada diatas kapal.
8)    Bertanggung jawab kepada nahkoda atas kelancaran kerja saat operasi penangkapan.
9)    Bertanggung jawab atas kebersihan dek
10) Melaporkan barang–barang yang dibutuhkan yang berkaitan dengan alat perlengkapan kapal
3.    Wakil Nakhoda II
1)    Membantu pekerjaan nahkoda diatas kapal dan bertanggung jawab kepada nahkoda
2)    Menggantikan nahkoda apabila ada halangan
3)    Mengepalai operasi penagkapan
4)    Bertanggung jawab terhadap alat tangkap yang ada diatas kapal
5)    Bertanggung jawab kepada nahkoda atas kelancaran kerja saat operasi penangkapan
6)    Bertanggung jawab atas bongkar muat kapal
7)    Bertanggung jawab atas kebersihan dek
8)    Melaporkan barang–barang yang dibutuhkan yang berkaitan dengan alat perlengkapan kapal
9)    Bertanggung jawab terhadap kualitas dan mutu hasil tangkapan ikan.
10) Melaporkan hasil tangkapan kepada  nahkoda
11) Mengatur cara kerja dan fasilitas serta mekanisme penanganan hasil tangkapan selama di atas kapal
4.    Kepala Kamar Mesin (KKM)
1)    Memegang kekuasaan tertinggi di kamar mesin dan bertanggung jawab kepada nahkoda terhadap seluruh kegiatan yang ada di kamar mesin.
2)    Melaporkan kejadian penting yang terjadi di dalam kamar mesin kepada Nakhoda
3)    Mengontrol pemakaian bakar dan pelumas selama perjalanan (setiap trip) dan melaporkannya kepada Nakhoda.
4)    Mengatur kegiatan perawatan mesin – mesin yang ada diatas kapal.
5)    Mengontrol dan memeriksa keadaan semua mesin – mesin diatas kapal.
6)    Merencanakan order spare part mesin.
7)    Mengatur dan mengawasi pengoperasian mesin utama dan pesawat bantu baik pompa, gardan, generator, mesin refrigerasi dan lain-lain
8)    Melaporkan kepada Nakhoda apabila terjadi kerusakan dan adanya perbaikan mesin

5.    Motoris I (Wakil KKM I)
1)    Membantu KKM dalam melaksanakan pekerjaan di kamar mesin.
2)    Mengawasi dan melaporkan kejadian penting yang terjadi di dalam kamar mesin kepada KKM.
3)    Membagi tugas jaga mesin.
4)    Ikut menjaga kelancaran kerja mesin kapal secara bersama–sama dengan KKM dan melakukan perbaikan–perbaikan apabila terjadi kerusakan pada sistem dan alat–alat mesin.
5)    Mengoperasikan mesin utama, pesawat bantu baik pompa, gardan, generator, mesin refrigerasi dan lain-lain.
6)    Memeriksa jumlah bahan bakar dan minyak pelumas.
7)    Melakukan perawatan mesin – mesin yang ada diatas kapal.
6.    Motoris II (Wakil KKM II)
1)    Membantu Motoris I dalam memperbaiki kerusakan mesin
2)    Melaporkan kejadian penting yang terjadi di dalam kamar mesin.
3)    Membantu Motoris I dalam mengoperasikan mesin utama, pesawat bantu baik pompa, gardan, generator, mesin refrigerasi dan lain-lain.
4)    Membantu Motoris I dalam memeriksa jumlah bahan bakar dan minyak pelumas
5)    Membantu Motoris I dalam melakukan perawatan mesin – mesin yang ada diatas kapal.

7.      ABK
1)    Mempersiapkan segala sesuatu peralatan yang berkaitan dengan perlengkapan operasi penagkapan.
2)    Membentuk kelancaran tugasnya wakil nakhoda saat melaksanakan operasi penagkapan berlangsung.
3)    Membantu kepala proses dalam menjaga kualitas dan mutu hasil tangkapan ikan
4)    Menjalankan penangangan hasil tangkapan ikan dengan melaksanakan  sanitasi dan higine terhadap hasil penagkapan ikan dan fasilitas yang digunakan.
5)    Bertanggung jawab dan melaporkan masalah–masalah yang terjadi saat melaksanakan operasi penangkapan kepada Wakil Nakhoda I atau Wakil Nakhoda II
6)    Membantu menjaga kebersihan deck
8.    Koki
1)    Mengatur menu makan crew kapal
2)    Bertanggung jawab atas kesegaran bahan makanan
3)    Bertanggung jawab terhadap persediaan bahan makanan yang ada diatas kapal selama melaksanakan operasi penangkapan berlangsung.
4)    Menyediakan jatah konsumsi kepada semua ABK saat melakukan pelayaran.
5)    Bertanggung jawab terhadap kebersihan alat-alat dapur dan ruang makan.
9. Asisten Koki
1)    Membantu dalam Koki dalam menjaga kesegaran bahan makanan
2)    Mambantu Koki dalam mengatur persediaan bahan makanan yang ada diatas kapal selama melaksanakan operasi penangkapan berlangsung.
3)    Membantu Koki saat menyediakan jatah konsumsi kepada semua ABK.
4)    Membersihkan alat-alat dapur dan konsumsi serta deck secara keseluruhan.
3.5  Peralatan Navigasi
Peralatan navigasi yang digunakan di kapal KM. Soyo Lumintu adalah sebagai berikut :

3.5.1      GPS, alat ini berfunsi untuk menentukan posisi kapal, posisi penangkapan, kecepatan kapal dan lain-lain yang menunjang keperluan bernavigasi di laut. GPS yang digunakan di KM. Soyo Luminto lihat Gambar 3adalah merekGarmin typeGPSmap 585.
3.5.2      Fishfinder,alat ini digunakan untuk mendeteksi adanya segerombolan ikan didalam airdan mengetahui kedalaman perairan (Nainggolan, 2007).Fishfinderyang digunakan adalah merk Furuno color video sounder  FCY-667. Lihat Gambar 4 di bawah ini.
3.5.3      Alat navigasi konvensional, alat navigasi konvensional yang digunakan yaitu kompas magnet lihat Gambar 5, kompas magnet digunakan untuk mengetahui arah haluan kapal.
3.5.4          Radio VHF
Radio VHF ini berguna untuk mengetahui dan mencari informasi pada saat operasi penangkapan ikan. KM. Soyo Lumintu menggunakan radio merk Icom type IC-707 lihat Gambar 8 di bawah ini.
3.5.5      Peta Laut
Peta laut berguna untuk membantu dalam menentukan daerah penangkapan dan untuk menentukan perencanaan rute pelayaran.
3.6 Pukat Cincin
Pukat cincin (purse seine) adalah alat penangkap ikan berbentuk hampir segiempat hingga trapesium yang terbentuk dari sejumlah gabungan lembaran webbing yang dipasangkan pada tali pelampung (float line) dan tali pemberat (lead line), dilengkapi dengan tali kerut (purse line) dan sejumlah cincin (purse ring).
 Pukat cincin merupakan jaring yang sangat lebar yang melingkari atau mengurung kawanan  (schooling) ikan.  Bagian bawah jaring dipasangi tali kerut yang dapat ditarik untuk menutup bagian bawah jaring demikian juga sebagian jaring hingga tersisa sebagian jaring (bunt) sebagai penampung ikan untuk diangkat ke kapal (brailing).
Panjang pukat cincin dinyatakan oleh panjang tali pelampung dalam meter dan kedalaman dinyatakan dengan kedalaman jaring dalam keadaan mata jaring tertutup (streched mesh).    Komponen utama jaring purse seine terdiri dari sayap, body, dan bunt.  Bunt adalah bagian jaring berukuran benang terbesar dan ukuran mata jaring terkecil, yang berfungsi menampung hasil tangkapan pada proses tahapan brailing. Ikan tujuan penangkapan: sardines, herring and mackerel, tuna (Ardidja, 2007).
Purse seine sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat nelayan terutama di Pantai Utara Pulau Jawa, Alat tangkappurse seinemerupakan alat penangkap ikan yang dalam pengoperasiannya bertujuan untuk melingkari gerombolan ikan dalam bentuk kantong besar, panjang jaring purse seine tidak lebih dari 420 meter dengan sasaran utamanya adalah ikan pelagis kecil, seperti : ikan Layang, ikan Tembang, ikan Lemuru dan ikan Kembung (DJPT, 2006). Purse seineyang digunakan oleh nelayan di KM. Soyo Lumintu dengan panjang 420 meter mempunyai letak kantong di bagian tengah atau sering disebut juga type pekalongan sehingga ketika hauling kedua bagian sayap ditarik secara bersamaan dengan tenaga manusia saat penarikan jaring ke atas geladak kapal. Adapun bagian-bagian alat tangkap purse seineadalah :
1.      Sayap jaring (wing),Sayap terletak pada bagian kiri dan kanan badan jaring, dengan material pembentuknya PA 210 D/6 dengan mesh size 25 mm.  sayap jaring berfungsi sebagai alat untuk mengiring ikan kedalam areal tangkap dari purse seine.
2.      Badan jaring (body), badan jaring terletak pada bagian kiri dan kanan dari pada kantong, bagian badan jaring berfungsi membentuk jaring menjadi menyerupai kantong. Material pembentuknya adalah PA 210 D/6 dan PA 210 D/9 dengan mesh size 25 mm, dan juga berfungsi sebagai penggiring ikan ke bagian jaring. Dengan demikian maka ikan-ikan akan dengan mudah terkumpul pada bagian kantong.
3.      Kantong(bunt), kantong yang terletak dibagian tengah jaring dengan material pembentuknya PA 210 D/12 dengan mesh size 18,75 mm..Yang dimaksudkan dengan kantong adalah bagian jaring yang pada waktu penarikan tali kolor dengan serentak membentuk suatu kantong, yang nantinya akan berfungsi sebagai tempat untuk mengurung/mengumpulkan ikan.  Karena berfungsi sebagai penadah maka kantong memiliki ukuran mata jaring yang lebih kecil dan nomor benang yang lebih besar dibandingkan dengan mata jaring dan nomor benang yang terletak pada badan dan sayap sehingga diharapkan ikan-ikan yang telah terkumpul pada bagian kantong tidak dapat meloloskan diri dan jaring tidak sobek karena beban yang berat.
4.      Srampat (selvage), selvage merupakan mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar tidak mudah rusak atau robek pada saat operasi panangkapan. Material pembentuknya PE D/12 dengan mesh size 25 mm.
5.      Tali ris (lead line), tali ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Bahan yang  digunakan untuk tali ris atas dan tali ris bawah bahan plastik polyethylene (PE) diameter 14 mm.
6.      Pelampung(float), sesuai dengan namanya sudah barang tentu pelampung ini berfungsi sebagai alat untuk mengapungkan sesuatu alat atau bagian-bagian alat tertentu dari suatu jenis alat sesuai dengan tujuannya. Ada beberapa fungsi pelampung pada pukat cincin yaitu :
1)      Sebagai pengapung untuk memberikan adanya daya apung pada alat secara keseluruhan yang dioperasikan dipermukaan air.
2)      Sebagai material pengapung untuk mempertahankan jaring pukat cincin agar selalu berada di permukaan air.
3)      Sebagai tanda atau batas mengurung ikan pada saat operasi penangkapan,  sehingga ikan tidak lolos melewati permukaan air.
Pelampung yang digunakan pada purse seinedi Tegal adalah pelampung dengan typePVC TF – 17 dengan ukuran panjang 135 mm , lebar  91 mm dan diameter lubang pelampung 18 mm
7.      Cincin (ring), alat ini berguna untuk jalannya tali kerut (kolor) pada waktu jaring ditarik sehingga jaring membentuk kantong. Adapun cincin (ring) yang digunakan terbuat dari bahan monel (stenlees) yang tidak mudah berkarat. berdiameter 145 mm.
8.      Tali cincin (bridle line), tali cincin adalah tali yang menghubungkan antara cincin dengan tali ris atas. Bahan tali cincin yang digunakan adalah polyethylene (PE) diameter 30 mm.
9.      Tali kerut (purse line), tali kerut (purse line) yang dilewatkan pada cincin digunakan untuk menutup bagian bawah jaring pada saat dioperasikan. Dengan ditariknya tali kerut (purse line) ini maka tali cincin akan terkumpul yang kemudian akan membentuk sebuah kantong. Bahkan tali kerut (purse line) biasanya dipilih dari tali yang permukaannya licin, kaku dan tinggi kekuatan putusnya.  Tali kerut terbuat dari bahan polyethylene(PE) diameter 42 mm pintalan Z
10.   Pemberat (singker), pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada alat tangkap dan jaring agar dapat terbentang dengan sempurna. Pemberat dipasang dengan menggunakan tali pamberat. Pemberat dibuat dari bahan timah hitam dengan ukuran 50 mm x 25 mm, dengan berat 200 gram/buah.
11.   Tali pemberat,tali yang digunakan  sebagai penghubung pemberat yang satu dengan yang lain, serta berfungsi sebagai penghubung dengan jaring pada tepi bagian bawah
Gambar disain dan konstruksi serta spesifikasi purse seine yang digunakan di KM. Soyo Lumintu dapat dilihat pada Lampiran 3 – 4.
3.7  Alat Bantu Penangkapan Ikan
Pelaksanaan operasi penangkapan Ikan dengan purse seine diperlukan perlengkapan penangkapan untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan. Adapun perlengkapan penangkapan tersebut adalah :
3.7.1 Kapstan
Kapstan biasa disebut gardan oleh nelayan, berfungsi untuk menarik tali kerut dan tali jangkar. Kapstan juga digunakan untuk membantu menarik jaring apabila pada saat melakukan pelingkaran mendapatkan ikan yang sangat banyak yang mengakibatkan kesulitan apabila ditarik dengan menggunakan tenaga manusia karena terlalu berat. Pemasangan kapstan berada di samping  kanan dan kiri geladak bagian tengah, dimana kapstan digerakan dengan menggunakan mesin induk. Kapstan terbuat dari kayu yang mempunyai diameter 30 cm. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
3.7.2 Roller
Roller digunakan sebagai landasan pada saat menarik tali kerut agar dapat dengan mudah ditarik. Roller yang digunakan ada 2 buah dan pada sisi lambung bagian kanan dan kiri kapal lihat Gambar 10 dibawah ini.
                                                                                                                                   

3.7.3  Boom
Jumlah boom yang terdapat pada KM. Soyo Lumintu berjumlah tiga buah, yang ditempatkan, satu buah di haluan kapal dan dua buah di lambung kanan dan kiri kapal. Fungsi dari boom yang berada di haluan dan lambung kanan kapal adalah untuk tempat memasang tali, kegunaannya adalah sebagai tempat untuk menggantungkan jaring (tali ris atas) pada waktu hauling, agar pada saat ikan sudah terkumpul di kantong tidak meloloskan diri sehingga mudah untuk diserok
(dicaduk). Sedangkan boom yang berada di sebelah lambung kiri berfungsi untuk menarik serok (caduk) ke atas setelah ikan yang berada di dalam kantong jaring masuk ke serok (Gambar 9)
3.7.4      Lampu Atraktor
Lampu atraktor(atracting lamp)berfungsisebagai pengumpul kawanan ikan untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap (Nainggolan, 2007). Hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya di air, tertarik oleh cahaya (phototaxis positif), karena itu ikan selalu berusaha mendekati sumber cahaya dan berkumpul di sekitarnya.Lampu yang digunakan oleh di KM. Soyo Lumintu ada dua macam lampu, yaitu lampu tetap dan lampu tidak tetap (lampu bantu). Untuk lampu tetap menggunakan dua lampu yaitu: lampu cumi (galaxy) dan lampu sorot jenis mercury.Lampu cumi dengan jumlah 24 buah masing memiliki kekuatan 2.000 watt total daya 48.000 watt, untuk lampu sorotberjumlah 28 buah masing memiliki kekuatan 1.000 watt, dengan katalain memiliki daya total 28.000 watt untuk lampu sorot.Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18Tahun 2013Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.02/Men/2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia yang berbunyi alat bantu penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu lampu dengan total daya kurang dari 16.000 watt. Sedangkan untuk lampu tidak tetap berjumlah 14 buah yang masing-masing memiliki kekuatan 5-18 watt.Lampu tidak tetap digunakan pada saat operasi penangkapan ikan. Untuk lebih jelasnya lihat padaGambar 10 dibawah ini:

3.7.5      Caduk
Caduk(braingnet)alat ini digunakan untuk mengangkat ikankeataskapalpadatahapan brailing. Bagian bawahdiikatdengan khusus seperti mengikat  ujung kantong  trawl, sehingga saat akan mengeluarkan  ikan tinggal menarik ujung ikantannya. Alatinijugasekaligus digunakanuntukmemperkirakan jumlah hasil tangkapan (Ardidja, 2007)
Caduk adalah alat yang terbuat dari jaring yang cukup kuat,caduk ini berfungsi untuk mengangkat hasil tangkapan ke atas kapal yang kemudian dimasukan ke dalam palkah. Bingkai caduk berdiameter 1 m terbuat dari besi stenlees, serok ini dapat menampung ikan 1– 1,5 ton.  Lihat Gambar 12 di bawah ini.
3.7.8 Rumpon
Rumpon merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan gerombolan ikan (Nainggolan, 2007).Rumpon yang digunakan oleh nelayan Kota Tegal umumnya menggunakan rumpon tidak tetap dan setiap kapal mempunyai dua rumpon yaitu: rumpon utama dan rumpon bantu. Rumpon dipasang di bagian haluan, memiliki komponen utama yaitu:tali jangkar, pemikat/atraktor dan  pemberat. Sedangkan rumpon bantu biasanya dipasang di buritan kapal,
memiliki komponen utama yaitu: pelampung, tali jangkar, pemikat/atraktor dan pemberat. Tali rumpon yang digunakan, terbuat dari bahan plastik multifilamen dengan diameter 20 mm dan panjang 10-20 m. Adapun pemberat yang digunakan adalah pemberat dari semen cor. Untuk atraktornya terbuat waring yang berwarna hijau dan hijau muda yang disusun sedemikian rupa dan diselipkan pada tali multifilament.
3.8 Sisitem Bagi Hasil
Sistem bagi hasil dalam usaha penangkapan dengan armada kapal  purse seine di berlakukan sebagai bagian dari sistem kompensasi yang nantinya diterima oleh semua komponen yang terlibat dalam satu armada tersebut. Sistem ini sudah berlaku sejak awal dijalankannya usaha penangkapan ikan karena sebagian besar armada yang dijalankan bukan milik sendiri sehingga ada istilah juragan kapal (pemilik) dan pandega (ABK). Memang tidak ada dasar aturan tertulis mengatur mengenai sistem bagi hasil ini, tetapi hal ini sudah menjadi hukum atau pedoman yang tidak tertulis dalam usaha penangkapan ikan.
Sistem bagi hasil ini berpedoman pada status dan tanggung jawab masing-masing orang dalam kapal. Dimana dalam satu kapal purse seine biasanya terdiri dari :
1.      Satu (1) orang nahkoda yang bertanggung jawab penuh terhadap kapal dan seisinya, nahkoda juga yang menentukan daerah penangkapan yang akan dituju.
2.      Satu (1) orang serep/mualim 1 (serep), bertugas membantu nahkoda dan jadi juru mudi kapal, dan bertanggung jawab terhadap perbekalan dan peralatan di atas kapal.
3.      Satu (1) orang juru mesin/KKM yang menjaga kelancaran beroperasinya mesin kapal.
4.      Dua (2) orang juru arus yang bertanggung jawab untuk menjaga rumpon pada saat proses penangkapan ikan, dan melaksanakan pengawasan terhadap alat tangkap dan penanganan hasil tangkap
5.      Dua (2) orang juru masakbertanggung jawab terhadap makanan sehari-hari seluruh ABK kapal.
6.      Dua (2) orang juru batu, bertugas dalam penurunan dan pengangkatan jangkar dan pengoperasian gardan (capstan) serta pengawasan terhadap cincin dan pemberat purse seine
7.      Dua (2) orang juru kolor yang bertugas mengawasi tali kolor pada saat penarikan, menggulung dan merapikan tali kolor setelah selesai operasi penangkapan ikan.
8.      Pandega/ABK yang bertugas untuk menebar jaring dan menarik jaring pada saat penangkapan ikan. Biasanya ABK yang bergabung berjumlah antara 20 hingga 35 orang dalam sekali tripnya.

Hasil yang diperoleh dari masing-masing bagian juga berbeda, misalnya untuk nahkoda akan mendapat 3 bagian sendiri selain itu masih akan mendapatkan pembagian biasanya 6 - 8% dari hasil penjualan (lelang), sementara serep dan KKM masing-masing mendapatkan 2 bagian dan yang bertugas juru baik masak, batu, kolor dan arus akan mendapatkan 1,5 bagian, dan yang terakhir ABK/pandega akan memperoleh 1 bagian.
Sistem bagi hasil untuk alat tangkap purse seine di Kota Tegal berbeda-beda tergantung dari pemilik kapal (pribumi dan China), untuk pemilik kapal (China) biasanya menetapkan pemotongan biaya perbaikan kapal dan mesin sebesar 10% dari hasil lelang, sedangkan pemilik kapal pribumi tidak mencantumkan pemotongan 10% biaya tersebut. Sistem yang saat ini diterapkan adalah sebagai berikut :
1.      Hasil tangkapan yang dilelang kemudian dipotong 25 % untuk premi (pemilik kapal, nahkoda , pengurus dan ABK) dan 1,66 % untuk retribusi TPI (hasil Y)
2.      Hasil pemotongan tersebut (hasil Y) dikurangi dengan total biaya perbekalan yang dibawa termasuk BBM (hasil X).
3.      Hasil (X) dikurangi 35 % untuk ongkos jaring, perbaikan kapal dan mesin oleh pemilik kapal (hasil Z).
4.      Hasil (Z) dibagi 2 sama besarnya untuk pemilik kapal 50% dan untuk dibagikan nahkoda dan ABK 50%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 13 berikut ini.
Juru Arus
 
Berdasarkan dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pemilik kapal (juragan) memperoleh bagian yang lebih  mengingat potongan sebesar 35% untuk jaring merupakan bagian pemilik kapal masih ditambah lagi dengan bagian 50%  dari hasil Z, namun yang 25% harus disisihkan karena merupakan jatah untuk nahkoda kapal, ABK dan pengurus. Potongan 25% sebagai premi untuk nahkoda, pengurus  dan ABK merupakan bentuk keadilan yang diterapkan dalam sistem bagi hasil ini, mengingat tidak jarang ABK justru tidak mendapatkan hasilnya karena potongan terhadap biaya perbekalan, jaring, kapal dan mesin  lebih terkadang besar dari pada hasil yang diperolehnya. Perhitungan mengenai bagi hasil dapat dilihat di Lampiran 13.







3.8    Musim dan Daerah Penangkapan Ikan
3.8.1    Musim Penangkapan Ikan
Musim yang berada di Laut Jawa mengenal dua pola musim dan dua pola musim peralihan antara kedua musim tersebut.Dua musim tersebut adalah musim Angin Barat dan musim Angin Timur, sedangkan dua musim peralihan tersebut adalah musim peralihan pertama dan musim peralihan kedua.Pada musim peralihan pertama merupakan musim yang berlangsung antara bulan Februari sampai bulan Mei, dengan keadaan cuaca yang sedikit membaik, tetapi tak jarang pula terjadi gelombang yang besar.
Musim Angin Timur berlangsung antara bulan Juni sampai bulan Agustus.Seperti halnya musim Angin Barat, pada musim Angin Timur belum menunjukan adanya kelimpahan ikan tetapi sering terlihat adanya gerombolan ikan yang tidak tentu arah dan pergerakkannya.Di dalam memasuki musim peralihan kedua yang berlangsung antara bulan September sampai bulan November yang merupakan musim penangkapan.
3.8.2      Daerah Penangkapan Ikan
Penentuan daerah penangkapan ikan dilakukan sejak kapal berangkat ke laut.Lokasi penangkapan berdasarkan pengalaman dan informasi dari kapal yang baru melaut serta kapal yang masih di laut dengan bantuan radio komunikasi. Kapal-kapal purse seine yang mendaratkan hasil tangkapan di TPI Pelabuhan Prikanan Pantai (PPP) juwana memiliki daerah penangkapan yang berbeda yaitu Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 711 dan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 712 dan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 713(Farid, 2014).
Daerah penangkapan purse seineKM. Soyo Lumintu waktu penulis mengikuti penangkapan ikan masuk di WPP RI 713 di sekitar Pulau Masalembu, Matasiri dan pulau Masalima.
3.9    Pengoperasian Pukat Cincin
Dalam pengoperasian alat tangkap purse seine di butuhkan pembagian tugas yang terperinci sesuai dengan keahlian masing-masing ABK. Pelaksanaan tugas tersebut membutuhkan keahlian perorangan, agar operasi penangkapan dapat di lakukan dengan baik. Karena penurunan alat tangkap masih manual, maka akan membutuhkan lebih banyak ABK. Tugas-tugas ABK pada saat pengoperasian alat tangkap adalah :

1.     Pada saat penurunan alat tangkap (setting)
1)    Nahkoda bertugas memberi aba-aba pada saat operasi
2)    Motoris  bertugas mengoperasikan semua mesin-mesin kapal
3)    2 orang ABK bertugas menjaga lampu rumpon
4)    2 orang ABK bertugas menjaga ujung tali pelampung yang di beri  pelampung tanda
5)    1 orang ABK bertugas pada bagian pelampung
6)    1 orang ABK bertugas pada bagian pemberat dan cincin
7)    2 orang ABK bertugas pada bagian kolor
2.     Pada saat penaikan alat tangkap (hauling)
1)    Pada saat penarikan tali kolor
a.   Motoris  bertugas mengatur ukuran kecepatan kapstan
b.   2 orang ABK bertugas menggulung tali kolor
c.   1 orang ABK bertugas mengawasi tali kolor yang sedang di tarik
d.   3 orang ABK bertugas merapikan tali kolor                             
2)    Pada saat pengangkatan badan jaring
a.   2 orang ABK bertugas menarik pelampung pada bagian haluan
b.   2 orang ABK bertugas menarik pelampung pada bagian buritan kapal
c.   3 orang ABK bertugas menarik pemberat dan cincin
d.   ABK yang lain menarik bagian badan jaring
Pengopersian penangkapan ikan, meliputi empat pokok kegiatan penting yaitu : Setting, pursing, hauling dan penanganan ikan hasil tangkapan.
3.9.1      Setting
Sebelum melakukan setting, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang Nakhoda, yaitu arah angin, arus dan gelombang. Setelah Nakhoda memperhatikan hal-hal tersebut, Nakhoda langsung memberikan tanda (berupa mesin induk dijalankan) bahwa persiapan settingakan segera dimulai.
Kegiatan persiapansetting diawali dengan mematikan lampu cumi satu persatu dimulai dari lampu yang berada di haluan hingga lampu yang ada di buritan dan digantikan dengan lampu sorot agar gerombolan mendekat ke kapal.Setelah lampu cumi dimatikan dan digantikan oleh lampu sorot seluruhnya, maka lampu sorotdimatikan satu persatu dimulai dari haluan hingga buritan.Bila lampu sorotsebagian sudah mati, maka lampu bantu segera diturunkan sebagai pengganti lampu sorot, dengan menggunakan ban Juru arus turun ke airmenarik/mengarahkan  lampu bantu menuju rumpon bantu yang berada di bagian buritan. Pelepasan talirumpon bantuyang terikat dikapal dilakukan oleh salah satu ABK setelah lampu sorotterakhir yang berada diburitan mati.
Setelah lampu bantu dan rumpon bantu tersebut terbawa oleh arus sejauh20-30 meter, maka kapal segera menghibob (menarik) jangkar ke atas kapal. Penarikan jangkar ini dilakukan oleh ABK dengan menggunakan kapstan. Setelah jangkar naik ke atas kapal,maka Nahkodasegera mengarahkan kapalnya mendekati lampu bantu tadi.Saat kapal sudah mendekati lampu dengan jarak 40-50 meter serta mengatur posisi kapal disesuaikan dengan keadaan arus dan Angin pada saat itu.
Penurunan jaring dilakukan sesaat setelah nahkoda memberikan aba-aba “TAWURR“  dan secara spontan ABK yang di bagian pemberat dan cincin akan membuang lebih awal dan Juru Masak (koki) yang bertugas membawa tongkat lamputanda yang ujungnya diikatkan dengan tali ris bagian depanloncat ke laut dengan membawa ban diikuti dengan penurunan jaring. Selama penurunan jaring, kapal masih tetap bergerak melingkar mengelilingi lampu bantu. Setelah hampir mendekati tongkat lampu tanda awal setting, kecepatan kapal dikurangi sedikit demi sedikit dengan tujuan tongkat lampu tadi tidak tertabrak oleh kapal atau terlewati oleh kapal. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan setting pada KM. Soyo Lumintu dapat dilihat pada Gambar 14berikut ini:


1. Proses pelingkaran ikan dengan purse seine

 
2.    Posisi kapal danpurse seine setelah pelingkaran ikan




3.9.2    Penarikan Tali Kerut
Penarikan tali kerut (pursing) dilakukan sesaat setelah kapal tersebut mencapai tongkat lampu yang dibawa oleh Juru masak (koki) waktu terjun pertama kali setting tadi, maka ABK yang ada di depan mengangkat tongkat lampu tersebut ke atas kapal dan dibantu oleh beberapa orang agar penarikannya dapat dilakukan dengan cepat. Setelah tali tersebut agak panjang, lalu tali tersebut dililitkan dan ditarik kapstan secara perlahan-lahan sampai ujung jaring kelihatan.Kemudian tali ujung jaring di ikatkan pada tiang haluan.
Kegiatanpursingberfungsiuntuk menutup pergerakan ikan ke arah bawah, pada saat kegiatan pursingABK dibagi menjadi tiga tim kerja, yaitu :
1.    Tim kerja pertama bertugas menarik tali ris bawah yang bertempat di haluan kapal lambung sebelah kanan.
2.    Tim kerja kedua bertugas menarik tali ris bawah yang bertempat di buritan kapal lambung sebelah kanan.
3.    Tim kerja ketiga bertugas menarik tali kolor dengan kapstan yang dikendalikan oleh dua orang ABK sebagai penarik dan tiga orang lainya sebagai penyusun.
Kegiatan ini dilakukan dengan cepat sampai cincin-cincin dinaikan ke atas kapal.Setelah cincin naik ke atas semua, maka talikerut yang dilingkarkan ke kapstan dilepas lihat Gambar 15 dibawah ini.
3.9.3.Hauling
Hauling dilakukan setelah semua cincindinaikkan ke atas kapal, kemudian badan jaring sedikit demi sedikit ditarik dan dinaikan ke atas deck oleh ABK. Tim yang pada saat pursingbertugas menarik tali kerut dan menyusun tali kerut akan berpindah ke lambung kanan untuk menarik jaring, begitu pula tim yang menarik tali ris bawah, baik yang berada di haluan maupun yang berada di buritan akan berpindah tempat untuk menarik jaring bersama-sama. Jaring bagian depan belakang  dinaikan ke atas dek secara bersamaan, sehingga  hanya bagian kantong yang masih berada di dalam air. 
Langkah berikutnya adalah mengikatkan tali ris atas pada tali-tali yang menghubungkan antara boom yang ada di sisi lambung kanan kapal, dengan demikian ikan-ikan akan dengan mudah diangkat ke atas kapal dengan menggunakan caduklihat Gambar 16 dibawah ini.
3.10  Penaikan Hasil Tangkap
Kegiatan menaikkan ikan hasil tangkapan (brailling) dari kantong keatas kapal dilakukan dengan hati-hati agar ikan tidak mengalami kerusakan fisik. Proses brailling secara bertahap, sedikit demi sedikit menggunakan caduk. Pada KM. Soyoi Lumintu sebelum proses braillingdilakukan perlu adanya persiapan yaitu:
1.    ABK membersihkan deck dari kotoran dengan cara menyikat dan menyemprot menggunakan air bersih.
2.    Setelah dek bersih ABK menumpahkan ikan yang berada di dalam caduk tersebut ke deck sebelah kiri.
3.    Kemudian ikan di cuci sampai benar-benar bersih.
4.    Setelah itu ikan disortir menurut jenisnya dan ukurannya disebuah nampan berbentuk segi empat.
5.    Setelah disortir ikan dimasukkan ke dalamfreezeruntuk proses pembekuan selama 12 di temperatur -20º C.
6.    Seletah proses pembekuan ikan selesai lalu di masukkan kedalam pelastik dan di pindah kepalkah yang lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Pengoperasian Trawl (Cantrang )

kapal penagkapan ikan dengan alat tangkap Trawl 1     Kapal Pukat Hela Kapal penangkap ikan yaitu kapal yang secara khusus dipergunakan untukmenangkap ikan termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.   Berdasarkan pengertian kapal secara umum, kapal pukat hela merupakan jenis kapal penangkap yang digunakan khusus untuk penangkapan ikan yang menggunakan pukat hela yang telah didesain secara kdengan fisik kapal yang kuat serta peralatan yang menunjang. Kapal pukat hela dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Gambar 1 .Kapaloperasipukatudang (Petani, 2012) Menurut Ardidja (2010), dalam pengelompokannya kapa pukat udang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: 1.       Kapal pukat hela belakang, jenis kapal ini dapat berukuran 200GT. Kapal-kapal berukuran lebih dari 300 GT dilengkapi dengan slip way dan roller di buritan, yang berfungsi sebagai alur pukat hela. 2.       Kapal pukat hela samping, jenis kapal ini merupakan kapal yang didesain untuk meng

Alat Tangkap Purse Seine

2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan dikaitkan dengan bidang pekerjaannya yang sangat dinamis dan berisiko tinggimengharuskan kapal memiliki stabilitas yang cukup.   Berdasarkan ketentuan bahwa kapal perikanan harus memiliki stabilitas awal (Initial stability) tidak kurang dari 0,6 meter ( Ardidja2007) .             Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan( UU No. 45 Tahun 2009 Tentang perikanan). 2.2   Kapal Purse seine Ardidja 2010, Mengatakan. Kapal pukat cincin ( puse seine ) adalah kapal yang paling penting dan efektif untuk menangkap sekumpulan (Schooling) ikan yang berada di dekat permukaan.Sebagai sarana pengamatan ikan dibangun tempat panjarwala (crows nest) di tiang utama, pada kapal pukat cincin berukuran besar (tuna purse seine) dibangun

Teknik Pengoperasian alat tangkap Huhate Atau Sering Disebut Dengan Pole and Line

1 Definisi Huhate Huhate atau sering disebut dengan pole and line adalah alat tangkap yang menggunkan tongkat/joran (pole) dan tali (line) . Huhate termasuk alat tangkap yang selektif karena pada umumnya hanya menangkap ikan cakalang saja. Jika ditinjau dari cara penangkapan dan pengopersian alat, huhatetermasuk alat tangkap yang ramah lingkungan. Ikan yang menjadi target tangkapan huhate adalah ikan pelagis besar, yaitu cakalang (skipjack) . Ada kalanya tuna berukuran kecil, sekitar 5-10 kg, juga tertangkap. Di Indonesia huhate pada umumnya dioperasikan di kawasan perairan Indonesia tengah dan timur. Di kawasan perairan Indonesia barat, pancing huhate jarang digunakan oleh para nelayan.        Penangkapan dengan huhate menggunakan umpan berupa ikan-ikan kecil yang disukai oleh cakalang. Umpan yang digunakan adalah umpan hidup. Oleh karena itu, kapal huhate selalu dilengkapi ddengan palka ikan hidup untuk mempertahankan umpan yang diangkut tetap hidup smapai di fishing g