1 Keadaan Umum Kabupaten Pati
Kabupaten Pati merupakan satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah
yang mempunyai letak cukup strategis karena dilewati oleh jalan nasional yang
menghubungkan kota-kota besar di pantai utara Pulau Jawa seperti Surabaya,
Semarang dan Jakarta. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan
Laut Jawa di Utara dengan sungai terbesar yang ada di daerah ini adalah Sungai
Juwana yang bermuara di daerah Juwana. Ibukota Kabupaten Pati terletak
ditengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya.
Secara geografis
Kabupaten Pati terletak pada posisi 1100,15’ - 1110,15’ BT dan 60,25’-70,00’
LS, dengan luas wilayah sebesar 150.368 ha, terdiri dari 59.332 ha lahan sawah
dan 91.036ha lahan bukan sawah.
Adapun batas-batas
wilayah administratif Kabupaten Pati adalah sebagai
berikut :
1.
Sebelah utara berbatasan
dengan Laut Jawa
2.
Sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobongan
3.
Sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara
4.
Sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Rembang.
Kabupaten Pati terletak di sebelah timur ibu
kota Provinsi. Jarak Kabupaten Pati dengan ibukota provinsi 75 Km, dapat di
tempuh dengan perjalanan darat selama kurang lebih 2 jam. Untuk menghasilkan
data yang lengkap, Cakupan wilayah kajian Buku Putih Sanitasi di Kabupaten Pati
adalah 100% dari wilayah yang ada yaitu 21 Kecamatan dan 406 desa/kelurahan.
3.2 Keadaan Umum PPP Bajomulyo
Pada praktek integrasi tahun 2016 ini,
penulis mendapat kesempatan melakukan praktek Pelabuhan Perikanan Pantai
Bajomulyo Kecamatan Juwana, Pati – Jawa Tengah.
Letak geografis PPP Bajomulyo terletak
di desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Akses jalan 90 km dari ibu
kota provinsi, 14 km dari ibu kota kabupaten, 1 km dari ibu kota kecamatan. PPP
Bajomulyo secara geografis terletak antara 111o8'30" BT dan 6o42'30"
LS di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati dengan panjang pantai
60,0 Km serta berada di sisi Barat sungai Juana sepanjang 1.346 m dengan luas
lahan ± 15 Ha. Kondisi tanah lahan Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo adalah
lumpur berpasir dan kondisi pantai cukup landai dengan indikasi gerakan sedimen
di muara sungai dari arah timur menuju ke arah barat.
Tabel 1. Jenis-jenis
Fasilitas PPP Bajomulyo, Pati
No.
|
Jenis Fasilitas
|
Keterangan Fasilitas
|
|||
PPP Bajomulyo I
|
PPI Bajomulyo II
(Baru)
|
||||
1
|
Fasilitas
Dasar
|
Kedalaman Alur
|
10 m
|
Dermaga
|
256 m
|
Lebar alur
|
80 m
|
||||
Panjang Dermaga
|
1.296 m²
|
Luas lahan
|
4 Ha
|
||
Dermaga Kayu
|
264 m²
|
||||
2
|
Fasilitas Fungsional
|
Tanah TPI
|
75.000 m²
|
Gedung TPI
|
2.880 m²
|
Lantai TPI
|
2.200 m²
|
Kantor PPI
|
650 m²
|
||
Instalasi Listrik
|
20 KVA
|
Instalasi Listrik
|
23 KVA
|
||
Genset
|
10 KVA
|
Genset
|
30 KVA
|
||
Instalasi air bersih
|
PDAM
|
Instalasi air bersih
|
PAM
|
||
Tower (12 m²)
|
2 unit
|
Tower
|
1 unit
|
||
Ground
Reservoar (24 m³)
|
2 unit
|
Reservoir (30 m²)
|
3 unit
|
||
SPBB
|
1 unit
|
Pondok Boro Nelayan
|
280 m²
|
||
SPDN
|
1 unit
|
Sound sistem pelelangan
|
1 unit
|
||
Sound sistem pelelangan
|
1 unit
|
SPDN
|
1 unit
|
||
Handling Space/ Pengolahan
|
800 m²
|
Cool storage
|
600 m²
|
||
3
|
Fasilitas Penunjang
|
Areal Parkir
|
1.600 m²
|
Areal parkir
|
2.500 m²
|
Kamar
mandi/ WC
|
150 m²
|
Kamar
mandi/ WC
|
1 unit
|
||
Mushola
|
60 m²
|
Gedung
pengepakan
|
400 m²
|
||
Ruang
Genset
|
12 m²
|
Gedung
pasar bangsal
|
400 m²
|
||
Pagar
|
250 m²
|
Gedung
basket
|
232 m²
|
||
Kantor PPI
|
800 m²
|
Lampu
penerangan
|
14 unit
|
||
Kantor PPP
Bajomulyo
|
250 m²
|
Kios
perdagangan umum
|
20 unit
|
||
Gudang
Basket
|
180 m²
|
Pagar
bangunan lelang
|
168 m²
|
||
SSB Pos
Jaga
|
1 unit
|
(Sumber : Dinas Kelautan
dan Perikanan Jawa Tengah)
Sebagaimana
wilayah pantai utara pada umumnya, maka daerah kerja PPP Bajomulyo Pati
mempunyai konfigurasi pantai yang landai, kondisi perairan dengan ombak yang
tidak begitu besar, serta didukung oleh adanya sungai-sungai. Kondisi ini
merupakan faktor utama dalam mengembangkan kegiatan usaha penangkapan ikan
secara bertahap, yaitu usaha penangkapan ikan yang dimulai dengan menggunakan
kapal ukuran kecil, kemudian bagi nelayan yang mampu dapat meningkatkan secara
bertahap menjadi usaha penangkapan ikan dengan menggunakan kapal berukuran
besar, dengan berbagai jenis alat tangkap, yang basis kegiatannya berada
disekitar muara sungai yang dekat dengan pemukimannya dan tempat pelelangan ikan
(TPI).
Kegiatan dan
pelayanan yang dilakukan di Kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo antara
lain:
1. Fasilitasi Pemeriksaan Cek Fisik
Kapal Perikanan
2. Fasilitasi Perijinan Usaha Perikanan
(kapal 10-30 GT)
3. Pembinaan Nelayan dan bakul ikan
4. Penyuluhan Kebersihan, Ketertiban
dan Keamanan serta pengendalian sumberdaya ikan
5. Penerbitan Surat persetujuan
Berlayar (SPB) oleh Syahbandar perikanan
6. Penyediaan data bagi pusat informasi
Pelabuhan Perikanan Pantai Bojomulyo
7. Pelayanan nelayan
8. Penerbitan SKPI (Surat Keterangan
Pendaratan Ikan)
3.3 Spesifikasi Kapal
Kapal yang digunakan untuk melaksanakan praktek integrasi
adalah KM.Soyo Lumintu
Kapal
penangkap ikan KM. Soyo Lumintu merupakan kapal
penangkap ikan. Kapal ini merupakan kapal yang bentuknya didesain untuk
pengoperasian alat tangkap pukat cincin (purse seine) kapal tersebut terbuat dari dari kayu jati yang dilapisi fiberglass.
Gambar 1. KM. Soyo Lumintu
Uraian
|
Keterangan
|
Nama Kapal
|
KM. Soyo Lumintu
|
Tanda selar
|
GT. 59 No. 662 / Gc
|
Nama
Perusahaan
|
-
|
Nama
Pemilik
|
Suwadi
|
Kebangsaan
|
INDONESIA
|
Tempat
Pendaftaran
|
SEMARANG
|
Tempat /
Tahum Pembuatan
|
JUWANA / 2009
|
Bahan Kapal
|
KAYU
|
Jenis Kapal
|
Tradisional
|
Jenis Alat
Tangkap
|
Mini Purse Seine
|
Bentuk
Lunas
|
Vbottom
|
Kecepatan
Maksimal
|
7 knot
|
Kecepatan
Operasional
|
4 knot
|
Gross
Tonnage (Isi Kotor)
|
59 GT
|
Net Tonnage
(Isi Bersih)
|
18 NT
|
Panjang
Keseluruhan Kapal (LOA)
|
18.40 meter
|
Lebar Kapal
(Breath)
|
7.32 meter
|
Dalam Kapal
(Depth)
|
2.25 meter
|
Palkah Ikan
|
70 Ton
|
Jumlah
motor penggerak utama
|
1
|
Jumlah
motor penggerak generator
|
4
|
Jumlah daun
propeller
|
4
|
Bahan daun
propeller
|
Kuningan
|
Arah
putaran baling-baling
|
Arah Jarum
Jam (clockwise)
|
Sistem
Kemudi
|
Jantra
|
Kapasitas
Tangki Bahan Bakar
|
3400 kg (20
Drum)
|
Kapasitas
Tangki Air Tawar
|
10.000 kg
|
Kapasitas
Tangki Pelumas
|
tanpa
tangki
|
Sumber
: KM. Soyo Lumintu
3.4
Struktur Organisasi Kapal
Jumlah awak
kapal KM. Soyo Lumintu
Anugrah adalah 25 orang. Pada
saat penulis melihat dokumen Daftar Nakhoda dan Anah Buah Kapal, jumlah
sebenarnya adalah 35 orang. Setelah melakukan wawancara dengan Nakhoda jumlah
tersebut ternyata ada anak buah kapal yang tidak bisa berangkat melaut
dikarenakan pindah/mutasi kapal, sakit, dan sedang ada acara keluarga yang
penting.
Awak kapal di KM.
Soyo
Lumintu
terdiri darinakhoda, 2 wakil nahkoda, KKM, 2 orang wakil KKM,seorang
koki, seorang asisten koki,4 orang penarik pelampung,seorang kepala proses, 6 orang anggota bagian proses, 2 tukang lampu (bangkrak), 4 orang cadet praktek dari
SMK Perikanan Malang, 2 orang cadet pratek dari Sekolah Tinggi Perikanan.
Adapun nama-nama
ABK KM. Soyo Lumintu
yang beroperasi pada saat penulis melakukan praktek Intergrasi adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. Daftar Anak Buah Kapal KM. Soyo Lumintu
No.
|
NAMA
|
Jabatan
|
1
|
Nyono
|
Nakhoda
|
2
|
Basir
|
Wakil Nakhoda I
|
3
|
Anto
|
Wakil Nakhoda II
|
4
|
Susilo
|
KKM
|
5
|
Yiman
|
Motoris I
|
6
|
Sugeng
|
Motoris II
|
7
|
Ageng
|
Koki
|
8
|
Kafit
|
Asisten Koki
|
9
|
Japra
|
ABK
|
10
|
Syarip
|
ABK
|
11
|
Dwi
H
|
ABK
|
12
|
Doni
K
|
ABK
|
13
|
Dodi
Hermawan
|
ABK
|
14
|
Bowo
S
|
ABK
|
15
|
Joko
Supriyono
|
ABK
|
16
|
Winarso
|
ABK
|
17
|
Dhika
|
ABK
|
18
|
Purwanto
|
ABK
|
19
|
Yono
|
ABK
|
20
|
Dwi
|
ABK
|
21
|
Salim .
|
ABK
|
22
|
Ari
|
ABK
|
23
|
Fajrin
|
ABK
|
24
|
Andan
|
Kadet STP
|
25
|
Darwin |
Kadet STP
|
NAHKODA
|
WAKIL NAKHODA
I
|
KOKI
|
KKM
|
MOTORIS I
|
MOTORIS II
|
WAKIL NAKHODA
II
|
ABK
|
ASISTEN
KOKI
|
Gambar 2. Struktur
Organisasi di KM. Putra Leo Anugrah
Adapun tugas dan tanggung jawab dari
masing – masing awak kapal adalah sebagai berikut :
1.
Nahkoda.
1) Memegang
kekuasaan tertinggi diatas kapal dan bertanggung jawab kepada pemilik kapal.
2) Memimpin
dan bertanggung jawab terhadap kapal dan seluruh anak buah kapal dalam
melaksanakan operasi penangkapan.
3) Bertanggung
jawab terhadap keselamatan, kegiatan diatas kapal, baik dalam hubungan dengan
pekerjaan atau pembagian kerja diatas kapal.
4) Memberi
pengarahan penjelasan serta pembimbingan kepada setiap anak buah kapal.
5) Mengatur
jadwal (jam) penangkapan ikan
6) Menentukan
posisi penangkapan ikan (fishing ground).
7) Bertanggung
jawab kepada pihak-pihak terkait seperti perusahaan, pemilik kapal, POLRI dan
TNI-AL atas jalannya operasi kapal.
2.
Wakil Nahkoda I
1) Membantu
pekerjaan nahkoda diatas kapal dan bertanggung jawab kepada nahkoda.
2) Menggantikan
nahkoda apabila ada halangan
3) Mengecek
dan mencatat barang–barang yang ada diatas kapal
4) Mengatur
Perbekalan yang dibutuhkan untuk satu trip perjalanan melaut
5) Mengatur
sistem akomodasi
6) Mengepalai
operasi penagkapan.
7) Bertanggung
jawab terhadap alat tangkap yang ada diatas kapal.
8) Bertanggung
jawab kepada nahkoda atas kelancaran kerja saat operasi penangkapan.
9) Bertanggung
jawab atas kebersihan dek
10) Melaporkan
barang–barang yang dibutuhkan yang berkaitan dengan alat perlengkapan kapal
3. Wakil
Nakhoda II
1)
Membantu pekerjaan nahkoda diatas kapal dan bertanggung
jawab kepada nahkoda
2)
Menggantikan nahkoda apabila ada halangan
3) Mengepalai
operasi penagkapan
4) Bertanggung
jawab terhadap alat tangkap yang ada diatas kapal
5) Bertanggung
jawab kepada nahkoda atas kelancaran kerja saat operasi penangkapan
6) Bertanggung
jawab atas bongkar muat kapal
7) Bertanggung
jawab atas kebersihan dek
8) Melaporkan
barang–barang yang dibutuhkan yang berkaitan dengan alat perlengkapan kapal
9) Bertanggung
jawab terhadap kualitas dan mutu hasil tangkapan ikan.
10) Melaporkan
hasil tangkapan kepada nahkoda
11) Mengatur
cara kerja dan fasilitas serta mekanisme penanganan hasil tangkapan selama di atas kapal
4. Kepala
Kamar Mesin (KKM)
1) Memegang
kekuasaan tertinggi di kamar mesin dan bertanggung jawab kepada nahkoda
terhadap seluruh kegiatan yang ada di kamar mesin.
2) Melaporkan
kejadian penting yang terjadi di dalam kamar mesin kepada Nakhoda
3) Mengontrol
pemakaian bakar dan pelumas selama perjalanan (setiap trip) dan melaporkannya
kepada Nakhoda.
4) Mengatur
kegiatan perawatan mesin – mesin yang ada diatas kapal.
5) Mengontrol
dan memeriksa keadaan semua mesin – mesin diatas kapal.
6) Merencanakan
order spare part mesin.
7) Mengatur
dan mengawasi pengoperasian mesin utama dan pesawat bantu baik pompa, gardan,
generator, mesin refrigerasi dan lain-lain
8) Melaporkan
kepada Nakhoda apabila terjadi kerusakan dan adanya perbaikan mesin
5. Motoris
I (Wakil KKM I)
1) Membantu
KKM dalam melaksanakan pekerjaan di kamar mesin.
2) Mengawasi
dan melaporkan kejadian penting yang terjadi di dalam kamar mesin kepada KKM.
3) Membagi
tugas jaga mesin.
4) Ikut
menjaga kelancaran kerja mesin kapal secara bersama–sama dengan KKM dan
melakukan perbaikan–perbaikan apabila terjadi kerusakan pada sistem dan alat–alat
mesin.
5) Mengoperasikan
mesin utama, pesawat bantu baik pompa, gardan, generator, mesin refrigerasi dan
lain-lain.
6) Memeriksa
jumlah bahan bakar dan minyak pelumas.
7) Melakukan
perawatan mesin – mesin yang ada diatas kapal.
6. Motoris
II (Wakil KKM II)
1) Membantu
Motoris I dalam memperbaiki kerusakan mesin
2) Melaporkan
kejadian penting yang terjadi di dalam kamar mesin.
3) Membantu
Motoris I dalam mengoperasikan mesin utama, pesawat bantu baik pompa, gardan,
generator, mesin refrigerasi dan lain-lain.
4) Membantu
Motoris I dalam memeriksa jumlah bahan bakar dan minyak pelumas
5) Membantu
Motoris I dalam melakukan perawatan mesin – mesin yang ada diatas kapal.
7. ABK
1) Mempersiapkan
segala sesuatu peralatan yang berkaitan dengan perlengkapan operasi penagkapan.
2) Membentuk
kelancaran tugasnya wakil nakhoda saat melaksanakan operasi penagkapan
berlangsung.
3) Membantu
kepala proses dalam menjaga kualitas dan mutu hasil tangkapan ikan
4) Menjalankan
penangangan hasil tangkapan ikan dengan melaksanakan sanitasi dan higine terhadap hasil penagkapan
ikan dan fasilitas yang digunakan.
5) Bertanggung
jawab dan melaporkan masalah–masalah yang terjadi saat melaksanakan operasi
penangkapan kepada Wakil Nakhoda I atau Wakil Nakhoda II
6) Membantu
menjaga kebersihan deck
8. Koki
1)
Mengatur menu makan crew kapal
2)
Bertanggung jawab atas kesegaran bahan makanan
3)
Bertanggung jawab terhadap persediaan bahan makanan yang
ada diatas kapal selama melaksanakan operasi penangkapan berlangsung.
4)
Menyediakan jatah konsumsi kepada semua ABK saat melakukan
pelayaran.
5)
Bertanggung jawab terhadap kebersihan alat-alat dapur dan
ruang makan.
9. Asisten Koki
1)
Membantu dalam Koki dalam menjaga kesegaran bahan makanan
2)
Mambantu Koki dalam mengatur persediaan bahan makanan yang
ada diatas kapal selama melaksanakan operasi penangkapan berlangsung.
3)
Membantu Koki saat menyediakan jatah konsumsi kepada semua
ABK.
4)
Membersihkan alat-alat dapur dan konsumsi serta deck
secara keseluruhan.
3.5 Peralatan Navigasi
Peralatan navigasi yang digunakan di kapal KM. Soyo Lumintu adalah
sebagai berikut :
3.5.1 GPS, alat
ini berfunsi untuk menentukan posisi kapal, posisi penangkapan, kecepatan kapal
dan lain-lain yang menunjang keperluan bernavigasi di laut. GPS yang digunakan
di KM. Soyo Luminto lihat Gambar 3adalah merekGarmin
typeGPSmap 585.
3.5.2 Fishfinder,alat ini digunakan untuk mendeteksi adanya segerombolan ikan
didalam airdan mengetahui kedalaman perairan (Nainggolan, 2007).Fishfinderyang digunakan adalah merk Furuno
color video sounder FCY-667. Lihat Gambar 4
di bawah ini.
3.5.3 Alat navigasi
konvensional, alat navigasi konvensional yang digunakan yaitu kompas magnet lihat Gambar 5, kompas
magnet digunakan untuk mengetahui arah haluan kapal.
3.5.4
Radio VHF
Radio VHF ini berguna untuk mengetahui dan mencari informasi pada saat
operasi penangkapan ikan. KM. Soyo Lumintu menggunakan radio merk Icom type IC-707 lihat Gambar 8
di bawah ini.
3.5.5
Peta
Laut
Peta
laut berguna untuk membantu dalam menentukan daerah penangkapan dan untuk
menentukan perencanaan rute pelayaran.
3.6 Pukat
Cincin
Pukat cincin (purse
seine) adalah alat penangkap ikan berbentuk hampir segiempat hingga
trapesium yang terbentuk dari sejumlah gabungan lembaran webbing yang dipasangkan pada tali pelampung (float line) dan tali pemberat (lead
line), dilengkapi dengan tali kerut (purse
line) dan sejumlah cincin (purse ring).
Pukat cincin
merupakan jaring yang sangat lebar yang melingkari atau mengurung kawanan
(schooling) ikan. Bagian bawah jaring dipasangi tali kerut yang
dapat ditarik untuk menutup bagian bawah jaring demikian juga sebagian jaring
hingga tersisa sebagian jaring (bunt)
sebagai penampung ikan untuk diangkat ke kapal (brailing).
Panjang pukat cincin dinyatakan oleh panjang tali
pelampung dalam meter dan kedalaman dinyatakan dengan kedalaman jaring dalam
keadaan mata jaring tertutup (streched
mesh). Komponen utama jaring purse seine terdiri dari sayap, body, dan bunt. Bunt adalah bagian jaring berukuran benang terbesar dan ukuran mata
jaring terkecil, yang berfungsi menampung hasil tangkapan pada proses tahapan brailing. Ikan tujuan penangkapan: sardines, herring and mackerel, tuna (Ardidja,
2007).
Purse seine sudah cukup lama dikenal oleh
masyarakat nelayan terutama di Pantai Utara Pulau Jawa, Alat tangkappurse seinemerupakan alat penangkap ikan yang dalam pengoperasiannya bertujuan untuk melingkari gerombolan ikan
dalam bentuk kantong besar, panjang jaring purse seine tidak lebih dari 420 meter dengan sasaran utamanya adalah ikan
pelagis kecil, seperti : ikan Layang, ikan Tembang, ikan Lemuru dan ikan Kembung
(DJPT, 2006). Purse seineyang digunakan oleh nelayan di KM. Soyo Lumintu dengan panjang 420 meter
mempunyai letak kantong di bagian tengah atau sering disebut juga type pekalongan sehingga ketika hauling kedua bagian sayap ditarik secara bersamaan dengan tenaga
manusia saat penarikan jaring ke atas geladak kapal. Adapun bagian-bagian alat tangkap purse
seineadalah :
1.
Sayap jaring (wing),Sayap terletak pada bagian
kiri dan kanan badan jaring, dengan material pembentuknya PA 210 D/6 dengan mesh size 25 mm. sayap jaring berfungsi sebagai alat untuk
mengiring ikan kedalam areal tangkap dari purse
seine.
2.
Badan jaring (body), badan
jaring terletak pada bagian kiri dan kanan dari pada kantong, bagian badan
jaring berfungsi membentuk jaring menjadi menyerupai kantong. Material
pembentuknya adalah PA 210 D/6 dan PA 210 D/9 dengan mesh size 25 mm, dan juga berfungsi sebagai penggiring ikan ke
bagian jaring. Dengan demikian maka ikan-ikan akan dengan mudah terkumpul pada
bagian kantong.
3.
Kantong(bunt), kantong yang terletak
dibagian tengah jaring
dengan material pembentuknya PA 210 D/12 dengan mesh
size 18,75 mm..Yang
dimaksudkan dengan kantong adalah bagian jaring yang pada waktu penarikan tali
kolor dengan serentak membentuk suatu kantong, yang nantinya akan berfungsi
sebagai tempat untuk mengurung/mengumpulkan ikan. Karena berfungsi sebagai penadah maka kantong
memiliki ukuran mata jaring yang lebih kecil dan nomor benang yang lebih besar dibandingkan dengan mata
jaring dan nomor benang yang
terletak pada badan dan
sayap sehingga diharapkan ikan-ikan yang telah terkumpul pada bagian kantong
tidak dapat meloloskan diri dan jaring tidak sobek karena beban yang berat.
4.
Srampat (selvage), selvage
merupakan mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir
dari jaring utama agar tidak mudah rusak atau robek pada saat operasi
panangkapan. Material pembentuknya PE D/12 dengan mesh
size 25 mm.
5.
Tali
ris (lead line), tali ris terdiri dari
tali ris atas dan tali ris bawah. Bahan yang
digunakan untuk tali ris atas dan tali ris bawah bahan plastik polyethylene (PE) diameter 14 mm.
6.
Pelampung(float), sesuai dengan namanya sudah barang tentu pelampung ini
berfungsi sebagai alat untuk mengapungkan sesuatu alat atau bagian-bagian alat
tertentu dari suatu jenis alat sesuai dengan tujuannya. Ada beberapa fungsi
pelampung pada pukat cincin yaitu :
1)
Sebagai
pengapung untuk memberikan adanya daya apung pada alat secara keseluruhan yang
dioperasikan dipermukaan air.
2)
Sebagai
material pengapung untuk mempertahankan jaring pukat cincin agar selalu berada
di permukaan air.
3)
Sebagai
tanda atau batas mengurung ikan pada saat operasi penangkapan, sehingga ikan tidak lolos melewati permukaan
air.
Pelampung
yang digunakan pada purse seinedi Tegal adalah pelampung dengan typePVC TF – 17 dengan ukuran panjang 135 mm , lebar 91 mm dan diameter lubang pelampung 18 mm
7.
Cincin (ring), alat ini berguna untuk jalannya
tali kerut (kolor) pada waktu jaring ditarik sehingga jaring
membentuk kantong. Adapun cincin (ring)
yang digunakan terbuat dari bahan monel (stenlees) yang
tidak mudah berkarat. berdiameter 145 mm.
8.
Tali cincin (bridle line), tali cincin adalah tali
yang menghubungkan antara cincin dengan tali ris atas. Bahan tali
cincin yang digunakan adalah polyethylene (PE) diameter 30
mm.
9.
Tali kerut (purse
line), tali kerut (purse line) yang dilewatkan pada cincin digunakan untuk menutup
bagian bawah jaring pada saat dioperasikan. Dengan ditariknya tali kerut (purse line) ini maka tali cincin akan
terkumpul yang kemudian akan membentuk sebuah kantong. Bahkan tali kerut (purse line) biasanya dipilih dari tali
yang permukaannya licin, kaku dan tinggi kekuatan putusnya. Tali kerut terbuat dari bahan polyethylene(PE) diameter 42 mm pintalan Z
10. Pemberat (singker), pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada
alat tangkap dan jaring agar
dapat terbentang dengan sempurna. Pemberat dipasang dengan menggunakan tali
pamberat. Pemberat dibuat dari bahan timah hitam dengan ukuran 50 mm x 25 mm, dengan berat 200
gram/buah.
11. Tali pemberat,tali yang digunakan sebagai penghubung pemberat yang satu dengan
yang lain, serta berfungsi sebagai penghubung dengan jaring pada tepi bagian
bawah
Gambar disain dan konstruksi serta spesifikasi purse seine yang digunakan di KM. Soyo
Lumintu dapat dilihat pada Lampiran 3 – 4.
3.7 Alat Bantu Penangkapan Ikan
Pelaksanaan
operasi penangkapan Ikan dengan purse seine diperlukan perlengkapan penangkapan
untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan. Adapun
perlengkapan penangkapan tersebut adalah :
3.7.1
Kapstan
Kapstan biasa disebut gardan oleh nelayan, berfungsi
untuk menarik tali kerut dan tali jangkar. Kapstan juga digunakan untuk
membantu menarik jaring apabila pada saat melakukan pelingkaran mendapatkan
ikan yang sangat banyak yang mengakibatkan kesulitan apabila ditarik dengan
menggunakan tenaga manusia karena terlalu berat. Pemasangan kapstan berada di
samping kanan dan kiri geladak bagian
tengah, dimana kapstan digerakan dengan menggunakan mesin induk. Kapstan terbuat
dari kayu yang mempunyai diameter 30 cm. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
3.7.2 Roller
Roller digunakan sebagai landasan pada saat menarik tali
kerut agar dapat dengan mudah ditarik. Roller yang digunakan ada 2 buah dan
pada sisi lambung bagian kanan dan kiri kapal lihat Gambar 10 dibawah ini.
3.7.3 Boom
Jumlah boom yang terdapat pada KM. Soyo Lumintu berjumlah
tiga buah, yang ditempatkan, satu buah di haluan kapal dan dua buah di lambung
kanan dan kiri kapal. Fungsi dari boom yang berada di haluan dan lambung kanan
kapal adalah untuk tempat memasang tali, kegunaannya adalah sebagai tempat
untuk menggantungkan jaring (tali ris atas) pada waktu hauling, agar pada saat
ikan sudah terkumpul di kantong tidak meloloskan diri sehingga mudah untuk
diserok
(dicaduk).
Sedangkan boom yang berada di sebelah
lambung kiri berfungsi untuk menarik serok (caduk) ke atas setelah ikan yang
berada di dalam kantong jaring masuk ke serok (Gambar 9)
3.7.4 Lampu Atraktor
Lampu atraktor(atracting lamp)berfungsisebagai
pengumpul kawanan ikan untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan
menggunakan alat tangkap (Nainggolan, 2007). Hampir semua organisme hidup
termasuk ikan yang media hidupnya di air, tertarik oleh cahaya (phototaxis positif), karena itu ikan
selalu berusaha mendekati sumber cahaya dan berkumpul di sekitarnya.Lampu yang digunakan oleh di KM. Soyo
Lumintu ada dua macam lampu, yaitu lampu tetap dan lampu tidak tetap (lampu bantu).
Untuk lampu tetap menggunakan dua lampu yaitu: lampu cumi (galaxy) dan lampu
sorot jenis mercury.Lampu cumi dengan jumlah 24 buah
masing memiliki kekuatan 2.000 watt total daya 48.000 watt, untuk lampu sorotberjumlah 28 buah
masing memiliki kekuatan 1.000 watt, dengan katalain memiliki daya total 28.000 watt
untuk lampu sorot.Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No.18Tahun 2013Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.02/Men/2011
Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat
Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia yang berbunyi alat bantu penangkapan ikan dengan
menggunakan alat bantu lampu dengan total daya kurang dari 16.000 watt. Sedangkan
untuk lampu tidak tetap berjumlah 14 buah yang masing-masing memiliki kekuatan
5-18 watt.Lampu tidak tetap digunakan pada saat operasi penangkapan ikan. Untuk
lebih jelasnya lihat padaGambar 10 dibawah ini:
3.7.5 Caduk
Caduk(braingnet)alat ini digunakan untuk mengangkat ikankeataskapalpadatahapan brailing.
Bagian bawahdiikatdengan khusus seperti mengikat
ujung kantong trawl, sehingga saat akan mengeluarkan
ikan tinggal menarik ujung ikantannya.
Alatinijugasekaligus digunakanuntukmemperkirakan jumlah hasil tangkapan
(Ardidja, 2007)
Caduk adalah
alat yang terbuat dari jaring yang cukup kuat,caduk ini
berfungsi untuk mengangkat hasil tangkapan ke atas kapal yang kemudian
dimasukan ke dalam palkah. Bingkai caduk berdiameter 1 m terbuat dari besi stenlees, serok ini dapat menampung ikan 1– 1,5 ton. Lihat Gambar 12 di bawah ini.
3.7.8 Rumpon
Rumpon merupakan alat bantu yang digunakan untuk
mengumpulkan gerombolan ikan (Nainggolan, 2007).Rumpon yang digunakan oleh
nelayan Kota Tegal umumnya menggunakan rumpon tidak tetap dan setiap kapal
mempunyai dua rumpon yaitu: rumpon utama dan rumpon bantu. Rumpon dipasang di
bagian haluan, memiliki komponen utama yaitu:tali jangkar, pemikat/atraktor
dan pemberat. Sedangkan rumpon bantu
biasanya dipasang di buritan kapal,
memiliki komponen utama yaitu: pelampung, tali jangkar,
pemikat/atraktor dan pemberat. Tali rumpon yang digunakan, terbuat dari bahan
plastik multifilamen dengan diameter 20 mm dan panjang 10-20 m. Adapun pemberat
yang digunakan adalah pemberat dari semen cor. Untuk atraktornya terbuat waring
yang berwarna hijau dan hijau muda yang disusun sedemikian rupa dan diselipkan
pada tali multifilament.
3.8
Sisitem
Bagi Hasil
Sistem bagi hasil dalam usaha penangkapan dengan
armada kapal purse seine di berlakukan sebagai bagian
dari sistem kompensasi yang nantinya diterima oleh semua komponen yang terlibat
dalam satu armada tersebut. Sistem ini sudah berlaku sejak awal dijalankannya
usaha penangkapan ikan karena sebagian besar armada yang dijalankan bukan milik
sendiri sehingga ada istilah juragan kapal (pemilik) dan pandega (ABK). Memang
tidak ada dasar aturan tertulis mengatur mengenai sistem bagi hasil ini, tetapi
hal ini sudah menjadi hukum atau pedoman yang tidak tertulis dalam usaha
penangkapan ikan.
Sistem bagi hasil ini berpedoman pada status dan
tanggung jawab masing-masing orang dalam kapal. Dimana dalam satu kapal purse seine biasanya terdiri dari :
1.
Satu (1) orang nahkoda
yang bertanggung jawab penuh terhadap kapal dan seisinya, nahkoda juga yang
menentukan daerah penangkapan yang akan dituju.
2.
Satu (1) orang serep/mualim
1 (serep), bertugas membantu nahkoda dan jadi juru mudi kapal, dan bertanggung
jawab terhadap perbekalan dan peralatan di atas kapal.
3.
Satu (1) orang juru mesin/KKM
yang menjaga kelancaran beroperasinya mesin kapal.
4.
Dua (2) orang juru arus
yang bertanggung jawab untuk menjaga rumpon pada saat proses penangkapan ikan,
dan melaksanakan pengawasan terhadap alat tangkap dan penanganan hasil tangkap
5.
Dua (2) orang juru masakbertanggung
jawab terhadap makanan sehari-hari seluruh ABK kapal.
6.
Dua (2) orang juru batu,
bertugas dalam penurunan dan pengangkatan jangkar dan pengoperasian gardan (capstan) serta pengawasan terhadap
cincin dan pemberat purse seine
7.
Dua (2) orang juru kolor
yang bertugas mengawasi tali kolor pada saat penarikan, menggulung dan
merapikan tali kolor setelah selesai operasi penangkapan ikan.
8.
Pandega/ABK yang bertugas
untuk menebar jaring dan menarik jaring pada saat penangkapan ikan. Biasanya
ABK yang bergabung berjumlah antara 20 hingga 35 orang dalam sekali tripnya.
Hasil
yang diperoleh dari masing-masing bagian juga berbeda, misalnya untuk nahkoda
akan mendapat 3 bagian sendiri selain itu masih akan mendapatkan pembagian
biasanya 6 - 8% dari hasil penjualan (lelang), sementara serep dan KKM
masing-masing mendapatkan 2 bagian dan yang bertugas juru baik masak, batu,
kolor dan arus akan mendapatkan 1,5 bagian, dan yang terakhir ABK/pandega akan
memperoleh 1 bagian.
Sistem bagi hasil untuk alat tangkap purse seine di Kota Tegal berbeda-beda tergantung dari pemilik
kapal (pribumi dan China), untuk pemilik kapal (China) biasanya menetapkan
pemotongan biaya perbaikan kapal dan mesin sebesar 10% dari hasil lelang,
sedangkan pemilik kapal pribumi tidak mencantumkan pemotongan 10% biaya
tersebut. Sistem yang saat ini diterapkan adalah sebagai berikut :
1.
Hasil tangkapan yang
dilelang kemudian dipotong 25 % untuk premi (pemilik kapal, nahkoda , pengurus
dan ABK) dan 1,66 % untuk retribusi TPI (hasil Y)
2.
Hasil pemotongan tersebut
(hasil Y) dikurangi dengan total biaya perbekalan yang dibawa termasuk BBM
(hasil X).
3.
Hasil (X) dikurangi 35 %
untuk ongkos jaring, perbaikan kapal dan mesin oleh pemilik kapal (hasil Z).
4.
Hasil (Z) dibagi 2 sama
besarnya untuk pemilik kapal 50% dan untuk dibagikan nahkoda dan ABK 50%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar
13 berikut ini.
Juru Arus
|
Berdasarkan dari bagan di
atas dapat dijelaskan bahwa pemilik kapal (juragan) memperoleh bagian yang
lebih mengingat potongan sebesar 35%
untuk jaring merupakan bagian pemilik kapal masih ditambah lagi dengan bagian
50% dari hasil Z, namun yang 25% harus
disisihkan karena merupakan jatah untuk nahkoda kapal, ABK dan pengurus.
Potongan 25% sebagai premi untuk nahkoda, pengurus dan ABK merupakan bentuk keadilan yang
diterapkan dalam sistem bagi hasil ini, mengingat tidak jarang ABK justru tidak
mendapatkan hasilnya karena potongan terhadap biaya perbekalan, jaring, kapal
dan mesin lebih terkadang besar dari
pada hasil yang diperolehnya. Perhitungan mengenai bagi hasil dapat dilihat di
Lampiran 13.
3.8 Musim
dan Daerah Penangkapan Ikan
3.8.1 Musim Penangkapan Ikan
Musim yang
berada di Laut Jawa mengenal dua pola musim dan dua pola musim peralihan antara
kedua musim tersebut.Dua musim tersebut adalah musim Angin Barat dan musim Angin
Timur, sedangkan dua musim peralihan tersebut adalah musim peralihan pertama
dan musim peralihan kedua.Pada musim peralihan pertama merupakan musim yang
berlangsung antara bulan Februari sampai bulan Mei, dengan keadaan cuaca yang
sedikit membaik, tetapi tak jarang pula terjadi gelombang yang besar.
Musim Angin Timur
berlangsung antara bulan Juni sampai bulan Agustus.Seperti halnya musim Angin Barat,
pada musim Angin Timur belum menunjukan adanya kelimpahan ikan tetapi sering
terlihat adanya gerombolan ikan yang tidak tentu arah dan pergerakkannya.Di
dalam memasuki musim peralihan kedua yang berlangsung antara bulan September
sampai bulan November yang merupakan musim
penangkapan.
3.8.2 Daerah Penangkapan Ikan
Penentuan
daerah penangkapan ikan
dilakukan sejak kapal berangkat ke laut.Lokasi penangkapan berdasarkan
pengalaman dan informasi dari kapal yang baru melaut serta kapal yang masih di
laut dengan bantuan radio komunikasi. Kapal-kapal purse seine yang mendaratkan hasil tangkapan di TPI Pelabuhan Prikanan Pantai
(PPP) juwana memiliki daerah penangkapan yang berbeda
yaitu Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 711 dan
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 712 dan Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 713(Farid, 2014).
Daerah
penangkapan purse seineKM. Soyo Lumintu
waktu penulis mengikuti penangkapan ikan masuk di WPP RI 713 di
sekitar Pulau Masalembu, Matasiri dan pulau Masalima.
3.9 Pengoperasian
Pukat Cincin
Dalam
pengoperasian alat tangkap purse seine
di butuhkan pembagian tugas yang terperinci sesuai dengan keahlian
masing-masing ABK. Pelaksanaan tugas tersebut membutuhkan keahlian perorangan,
agar operasi penangkapan dapat di lakukan dengan baik. Karena penurunan alat
tangkap masih manual, maka akan membutuhkan lebih banyak ABK. Tugas-tugas ABK
pada saat pengoperasian alat tangkap adalah :
1. Pada saat penurunan alat tangkap (setting)
1)
Nahkoda bertugas memberi aba-aba pada saat operasi
2)
Motoris bertugas
mengoperasikan semua mesin-mesin kapal
3)
2 orang ABK bertugas menjaga lampu rumpon
4)
2 orang ABK bertugas menjaga ujung tali pelampung yang di
beri pelampung tanda
5)
1 orang ABK bertugas pada bagian pelampung
6)
1 orang ABK bertugas pada bagian pemberat dan cincin
7)
2 orang ABK bertugas pada bagian kolor
2. Pada saat penaikan alat tangkap (hauling)
1)
Pada saat penarikan tali kolor
a.
Motoris bertugas
mengatur ukuran kecepatan kapstan
b.
2 orang ABK bertugas menggulung tali kolor
c.
1 orang ABK bertugas mengawasi tali kolor yang sedang di
tarik
d.
3 orang ABK bertugas merapikan tali kolor
2)
Pada saat pengangkatan badan jaring
a.
2 orang ABK bertugas menarik pelampung pada bagian haluan
b.
2 orang ABK bertugas menarik pelampung pada bagian
buritan kapal
c.
3 orang ABK bertugas menarik pemberat dan cincin
d.
ABK yang lain menarik bagian badan jaring
Pengopersian
penangkapan
ikan, meliputi empat pokok kegiatan penting yaitu : Setting, pursing, hauling dan penanganan ikan hasil tangkapan.
3.9.1
Setting
Sebelum
melakukan setting, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang Nakhoda,
yaitu arah angin, arus dan gelombang. Setelah Nakhoda memperhatikan hal-hal
tersebut, Nakhoda langsung memberikan tanda (berupa mesin induk dijalankan)
bahwa persiapan settingakan segera
dimulai.
Kegiatan persiapansetting diawali dengan mematikan
lampu cumi satu persatu dimulai dari lampu yang berada di haluan hingga lampu
yang ada di buritan dan digantikan dengan lampu sorot agar gerombolan mendekat
ke kapal.Setelah lampu cumi dimatikan
dan digantikan oleh lampu sorot seluruhnya, maka lampu sorotdimatikan satu
persatu dimulai dari haluan hingga buritan.Bila lampu sorotsebagian sudah mati,
maka lampu bantu segera diturunkan sebagai pengganti lampu sorot, dengan menggunakan ban
Juru arus turun
ke airmenarik/mengarahkan lampu bantu
menuju rumpon bantu yang berada di bagian buritan. Pelepasan talirumpon bantuyang terikat
dikapal dilakukan
oleh salah satu ABK setelah lampu sorotterakhir yang berada diburitan mati.
Setelah lampu bantu dan rumpon bantu tersebut
terbawa oleh arus sejauh20-30 meter, maka kapal segera menghibob (menarik) jangkar ke atas kapal. Penarikan jangkar ini
dilakukan oleh ABK dengan menggunakan kapstan. Setelah jangkar naik ke atas
kapal,maka Nahkodasegera
mengarahkan kapalnya mendekati lampu bantu tadi.Saat kapal sudah mendekati
lampu dengan jarak 40-50 meter serta mengatur posisi kapal disesuaikan dengan
keadaan arus dan Angin pada saat itu.
Penurunan
jaring dilakukan
sesaat setelah nahkoda
memberikan aba-aba “TAWURR“ dan secara spontan ABK yang di
bagian pemberat dan cincin akan membuang lebih awal dan Juru Masak (koki) yang
bertugas membawa tongkat lamputanda yang
ujungnya diikatkan dengan tali ris bagian depanloncat ke laut dengan membawa
ban diikuti dengan penurunan jaring. Selama penurunan jaring, kapal masih tetap
bergerak melingkar mengelilingi lampu bantu. Setelah hampir mendekati tongkat
lampu tanda awal setting, kecepatan kapal dikurangi sedikit
demi sedikit dengan tujuan tongkat lampu tadi tidak tertabrak oleh kapal atau
terlewati oleh kapal. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan setting pada KM. Soyo Lumintu dapat dilihat pada Gambar 14berikut
ini:
2. Posisi kapal danpurse seine setelah pelingkaran ikan
3.9.2 Penarikan Tali Kerut
Penarikan tali
kerut (pursing) dilakukan sesaat setelah
kapal tersebut mencapai tongkat lampu yang dibawa oleh Juru masak (koki) waktu
terjun pertama kali setting tadi,
maka ABK yang ada di depan mengangkat tongkat lampu tersebut ke atas kapal dan
dibantu oleh beberapa orang agar penarikannya dapat dilakukan dengan cepat.
Setelah tali tersebut agak panjang, lalu tali tersebut dililitkan dan ditarik
kapstan secara perlahan-lahan sampai ujung jaring kelihatan.Kemudian tali ujung
jaring di ikatkan pada tiang haluan.
Kegiatanpursingberfungsiuntuk menutup pergerakan ikan
ke arah bawah, pada saat kegiatan pursingABK
dibagi menjadi tiga tim kerja, yaitu :
1.
Tim
kerja pertama bertugas menarik tali ris bawah yang bertempat di haluan kapal
lambung sebelah kanan.
2.
Tim
kerja kedua bertugas menarik tali ris bawah yang bertempat di buritan kapal
lambung sebelah kanan.
3.
Tim
kerja ketiga bertugas menarik tali kolor
dengan kapstan yang dikendalikan oleh dua orang ABK sebagai penarik dan tiga
orang lainya sebagai penyusun.
Kegiatan
ini dilakukan dengan
cepat sampai cincin-cincin dinaikan ke atas kapal.Setelah cincin naik ke atas
semua, maka talikerut yang dilingkarkan ke kapstan dilepas lihat Gambar 15
dibawah ini.
3.9.3.Hauling
Hauling dilakukan setelah semua cincindinaikkan ke atas kapal,
kemudian badan jaring sedikit demi sedikit ditarik dan dinaikan ke atas deck
oleh ABK. Tim yang pada saat pursingbertugas
menarik tali kerut dan menyusun tali kerut akan berpindah ke lambung kanan
untuk menarik jaring, begitu pula tim yang menarik tali ris bawah, baik yang
berada di haluan maupun yang berada di buritan akan berpindah tempat untuk
menarik jaring bersama-sama. Jaring bagian depan belakang dinaikan ke atas dek secara bersamaan,
sehingga hanya bagian kantong yang masih
berada di dalam air.
Langkah
berikutnya adalah mengikatkan tali ris atas pada tali-tali yang menghubungkan
antara boom yang ada di sisi lambung
kanan kapal, dengan demikian ikan-ikan akan dengan mudah diangkat ke atas kapal
dengan menggunakan caduklihat Gambar 16 dibawah ini.
3.10
Penaikan Hasil Tangkap
Kegiatan
menaikkan ikan hasil tangkapan (brailling)
dari kantong
keatas kapal dilakukan dengan hati-hati agar ikan tidak mengalami kerusakan
fisik. Proses brailling secara
bertahap, sedikit demi sedikit menggunakan caduk. Pada KM. Soyoi Lumintu sebelum proses braillingdilakukan perlu adanya
persiapan yaitu:
1.
ABK
membersihkan deck dari kotoran dengan
cara menyikat dan menyemprot menggunakan air bersih.
2.
Setelah
dek bersih ABK menumpahkan ikan yang berada di dalam caduk tersebut ke deck sebelah kiri.
3.
Kemudian ikan di cuci sampai benar-benar bersih.
4.
Setelah itu ikan disortir menurut jenisnya dan ukurannya
disebuah nampan berbentuk segi empat.
5.
Setelah disortir ikan dimasukkan ke dalamfreezeruntuk proses pembekuan selama 12
di temperatur -20º C.
6.
Seletah proses pembekuan ikan selesai lalu di masukkan
kedalam pelastik dan di pindah kepalkah yang lain.
Komentar
Posting Komentar